Cara apa dalam hal ini?Â
Jelas selama masa pandemi semua merasakan bagaimana rasanya tertekan. Urusan perut sudah jelas dan pasti ada yang sangat merasakan langsung karena keuangan dan himpitan ekonomi.Â
Sungguh mesti dipahami bahwa masa pandemi tak hanya urusan uang dan perut. Sosiolog dan pakar psikologi negara mesti turut andil memberikan sumbang saran karena tak sedikit masyarakat perlu wisata melepas lelah beban psikologinya.
Berikan insentif akses masuk lokasi tujuan wisata dan jangan lupa dengan penunjangnya seperti uang saku atau voucher belanja sebagai bekal di dalam lokasi wisata. Hal ini diyakini bisa menghidupkan sendi-sendi ekonomi kerakyatan karena ada roda dan mesin yang pasti bergerak cepat dan bertumbuh.Â
Segera susun program bagi kementerian terkait agar bangun jaringan pengaman psikologi dalam tatanan masyarakat yang. Jelas hal ini langkah kongkret dan bisa terasa di segala lini masyarakat.Â
Bukankah sebelum masa pandemi Presiden pun memberikan progam menarik untuk pariwisata? Seperti dilansir satu media.Â
Inilah saatnya program itu dilaksanakan sebagai bagian relaksasi batin yang terkungkung berbulan-bulan akibat pandemi. Pasti akan terjadi gayung bersambut di tengah masyarakat. Berangkat ke lokasi wisata dengan percaya diri perut kenyang dan ada uang di kantong. Sebut saja ini bagian rasa berbaik hati pemerintah kepada rakyatnya yang sedang hadapi impoten keuangan dan ekonomi. Bukan tidak mungkin saat ini ada yang sudah alami pemotongan gaji, dirumahkan atau bahkan di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) alias nganggur. (Isk)