Katakan saja bila tak basah lidah berkata
Jangan memaksa licinkan serat lidah kelumu
Tak ada kebenaran memaksa dalam keheningan bulan bercahaya
Sikap dan lisanmu sungguh keliru
Kulihat kau seperti benar dengan alibimu
Kau tunjuk sang nestapa yang papa dalam ketidakberdayaan
Kau pantas malu memaksa cahaya hadir dalam kegelapan
Jelas tak ada yang bisa redamkan selain kejujuranmu
Kau injak persoalan yang tak bisa dihindari
Seakan sang durjana memang dirasakan sakitnya oleh semua
Jubahmu menjadi dorongan keras adanya harakiri
Karena tak mampu hadirkan pelangi atas kedatangan durjana
Buat dan tegaslah garis pikirmu
Hingga diikuti oleh sang nestapa
Bukan sikap 'mencla-mencle' atau tak kuat meramu
Tunjukkan para nestapa tak boleh bersedih atau disedihkan petapa
Panggil matahari dan kabarkan lembah terdalam Â
Ada kabar congkak namun jitu kau berikan
Semua bisa berakhir tanpa mencekam
Tak melulu salahkan keadaan.
Kau coret kisahmu dan berujar
Bukan salah tongkat tapi ular
Ular hampiri tongkat hingga luka
Ular pun merasa menang dibela kisah liar
Tak ada rasa bersalah darimu
Bahkan senyum congkak kau berikan
Raja yang dalam Kebuntuan juga ikut senang atas ulahmu
Kini sang ular tidur di peraduan dengan kelambu terbaik
-Isk-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H