Mohon tunggu...
Ayah Farras
Ayah Farras Mohon Tunggu... Konsultan - mencoba menulis dengan rasa dan menjadi pesan baik

Tulisan adalah bagian dari personal dan tak terkait dengan institusi dan perusahaan

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Petik Ajaran Hidup dari Imam Tarawih Sekaligus Ayah

17 Mei 2020   22:07 Diperbarui: 17 Mei 2020   22:20 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Ramadan jadi momen spiritual dan jadi ajang memetik kajian dan siraman yang sejuk untuk rohani. Kebetulan saya menggalinya dari empiris atau pengalaman langsung dari imam tarawih saya di rumah yang juga sekaligus ayah saya.

"Semangat Apa yang menjadi Bekal Seorang Perantau ?"

Alhamdulillah sampai saat ini kita masih diberi umur panjang oleh Allah SWT dan kita harus bersyukur. Sebagai perantauan dari Aceh daerah paling ujung barat Indonesia datang ke Jakarta sekitar tahun 70an. Jakarta sebenarnya bukan tujuan menarik saat itu karena rata-rata orang Aceh biasanya menuju Malaysia. Alhamdulillah bisa bertahan hampir 50 tahun.  

Bekal yang dibawa adalah amanah dari orang tua yaitu pergi ke mana saja yang penting tidak melanggar aturan agama Islam dengan tidak juga merugikan orang lain. "Di daerah yang baru saya biasa disebut "endonan" atau menumpang. Tapi sesungguhnya sebagai manusia di manapun lahir dan berada adalah semua "endonan" sama semua nasibnya menunggu waktu", Ayah membuka obrolan. 

Dunia hanya sebentar dan di akhirat adalah tempat yang abadi sepanjang masa. Maka di dalam hablumminallah (Tata hubungan yang mengatur antara manusia dengan Tuhannya dalam hal ibadah (ubudiyah) maupun dalam hablumminannas (Tata hubungan yang mengatur antara manusia dengan makhluk yang lainnya dalam wujud amaliyah sosial) harus berjalan beriring. "Perlu diketahui oleh kita semua bersungguh-sungguhlah kita berbuat yang baik tidak menyimpang dari tujuan kita sebagai manusia,"kata ayah

Dalam perjalanan hidup ayah saya dengan latar belakang pendidikan yang rendah memiliki niat "balas dendam". "Balas dendam" disini memiliki konotasi yang positif yaitu bagaimana anak saya dan keturunan saya bisa sekolah lebih tinggi," kata ayah. Segala usaha dijalankan yang penting halal untuk mencapai itu semua. "Secara langsung saya minta kepada Allah dalam shalat dengan cara memohon pertama selamatkan terus iman saya untuk Islam yang kedua jauhkan dari kejahatan dan wujudkan cita-cita saya," kata ayah. Alhamdulillah saat ini empat anak telah sarjana dengan berbagai latar belakang jurusan dan satu sedang menjalani masa kuliah. "Usaha kecil tak besar namun halal dijalankan dan Allah kabulkan permintaan saya agar anak-anak mendapat pendidikan yang lebih baik dari saya," kata ayah. Ada nikmat yang lebih besar lagi yang Allah berikan untuk ayah yaitu diberikan jalan menuju tanah suci Mekah menjadi haji bersama emak saya.

" La Takhaf Wa La Tahzan. Innallaha Ma'ana "- "Janganlah kamu takut dan janganlah kamu bersedih hati. Sesungguhnya Allah ada bersama kita" 

La Takhaf Wa La Tahzan, jangan takut dan jangan gundah maju terus agar selalu dipegang dalam jalan setiap usaha yakin dilindungi oleh Allah SWT. Kita dalam perantauan ikuti irama yang ada di manapun berada ibarat gendang berbunyi di sanalah ikut berjoged jangan lain gaya berjogednya. Namun tetap ikuti gendang dan irama yang baik sesuai kaidah dan aturan.

Ikuti Aturan Pemerintah 

Kondisi saat ini ayah menyarankan lillahita'ala saja sebab penyakit ada dimana saja. Kebetulan ini penyakit ( baca: virus corona ) sudah jadi penyakit internasional. "Saya tak pernah putus semangat memetik pelajaran yang terjadi saat krisis 98 lalu," ungkap ayah. Disaat orang takut keluar rumah saya tetap beraktifitas karena usaha tetap harus jalan maka saya tetap berusaha guna menyambung hidup dan memenuhi kebutuhan hidup. Alhamdulillah tetap jalan dan bisa melewati prosesnya saat itu yang juga cukup berat. "Entah mengapa semakin krisis semakin bertambah semangat saya mencari rezeki"pungkas ayah menutup siraman rohani dan pengalamannya.

Hal terpenting adalah sepanjang kita tidak melanggar apa yang sudah ditetapkan pemerintah makan jalankan saja. Gunakan masker seperti saat ini dan jangan kumpul ramai-ramai jika tak penting sekali. Jaga jarak dan pakai masker, Alhamdulillah dan Insya Allah  selamat dan jangan lupa terus berdoa dalam hati.

Rangkaian obrolan menyejukan ini juga dapat oleh-oleh penutup yang bisa saya jadikan pedoman juga. Jangan berprasangka jelek terhadap orang lain, berbagi kebaikan sekalipun orang itu tidak baik kita terus jaga selalu prasangka baiknya, orang lain tak tersakiti itulah jalan kita menuju sukses dan selalu ingat hidup ini hanya sementara. (Isk)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun