Sulut cahaya dan biarkan jelas melihat
Kau pun tersilau dan ganggu tidurmu
Negerimu memanggil untuk makan dan hidupmu sendiri
Siapkan ceret usang dalam gubukmu
Isi dengan asa dan janji dari tuan dan puan di seberang sana
Reguklah sepuasnya sampai engkau buncit
Buncit dengan tenang dan yakin seperti yakin janjinya padamu
Jangan kau nikmati sendiri
Kisahkan ceritamu pada kawanmu
Bila perlu beri kipas bambu
Agar kawanmu lelap dan larut usai reguk ceretmu
Seperti apa rasanya dusta tak pernah kunjung nyata ?
Bagaimana batinmu ketika kalbu tak selaras dengan aksara
Kulihat kau nyaman dengan tak kenyamananmu
Kulihat kau tertawa dengan kesedihanmu
Jelas kau tak nyaman dan kau bersedih
Kau terkungkung dalam jeruji panas janji kotormu
Harapan tak berbalas bukti
Namun janji kembali bertebar
Entah sampai kapan bisa menjadi negeri yang di khayalkan
Bara api kau berikan ketika asa terpikir air sejuk
Bukankah kau tahu betapa sakitnya Air berbalas bara api ?
Tuan dan puan disana bersama dalam kawanan satu sekoci
Menari dan tertawa mereguk terus kedustaan
Sementara kaum papa berlimpah peluh menahan panas bara api
Tak bisa kah rekan tuan puan yang baik hati berbisik
Beri bisikan termanis sekalipun hanya setetes madu
Beri tahu mereka bagaimana rasanya didekati bara api
Beri tahu mereka rasanya perut penuh dengan janji
Kekuasaan tak fana bahkan menjadi cerita berbalik
Banyak kisah alam di balutan waktu bercerita
Tentang rusak dan patahnya kursi singgasana
Tentang kepala yang terluka tertusuk mahkota
Tentang menancapnya paku beracun entah siapa yang melakukan
Saat itu sang raja berteriak meminta tolong
Tak ada satupun mau meyelamatkan
Bala tentara tak lagi mengikuti kemauan sang raja
Bahkan berbalik arah membantu rakyatnya
Mendobrak istana raja yang abai akan janjinya
Namun semua hanyalah kisah
Kisah yang hanya enak didengar menjadi dongeng
Bagi para penikmat racun berselimut gula
Mereka berbaris dan maju perlahan menuju lembah dalam
Hingga jatuh satu persatu tanpa selamat
Kembalilah tuan dan puan ke pangkuan si papa
Dengarkan dengus nafasnya yang menderu
Menahan perih dan tak melawan
Walau dia tahu kuasamu berbatas waktu
Kisah tuan dan puan tak tahu seperti apa di penghujung
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI