Mohon tunggu...
Ayah Farras
Ayah Farras Mohon Tunggu... Konsultan - mencoba menulis dengan rasa dan menjadi pesan baik

Tulisan adalah bagian dari personal dan tak terkait dengan institusi dan perusahaan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dendang Tuan Puan Duka Kaum Papa

17 Mei 2020   16:44 Diperbarui: 17 Mei 2020   16:35 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SUMBER GAMBAR: BALLEDUTOURS.COM

Sulut cahaya dan biarkan jelas melihat

Kau pun tersilau dan ganggu tidurmu

Negerimu memanggil untuk makan dan hidupmu sendiri

Siapkan ceret usang dalam gubukmu

Isi dengan asa dan janji dari tuan dan puan di seberang sana

Reguklah sepuasnya sampai engkau buncit

Buncit dengan tenang dan yakin seperti yakin janjinya padamu

Jangan kau nikmati sendiri

Kisahkan ceritamu pada kawanmu

Bila perlu beri kipas bambu

Agar kawanmu lelap dan larut usai reguk ceretmu

Seperti apa rasanya dusta tak pernah kunjung nyata ?

Bagaimana batinmu ketika kalbu tak selaras dengan aksara

Kulihat kau nyaman dengan tak kenyamananmu

Kulihat kau tertawa dengan kesedihanmu

Jelas kau tak nyaman dan kau bersedih

Kau terkungkung dalam jeruji panas janji kotormu

Harapan tak berbalas bukti

Namun janji kembali bertebar

Entah sampai kapan bisa menjadi negeri yang di khayalkan

Bara api kau berikan ketika asa terpikir air sejuk

Bukankah kau tahu betapa sakitnya Air berbalas bara api ?

Tuan dan puan disana bersama dalam kawanan satu sekoci

Menari dan tertawa mereguk terus kedustaan

Sementara kaum papa berlimpah peluh menahan panas bara api

Tak bisa kah rekan tuan puan yang baik hati berbisik

Beri bisikan termanis sekalipun hanya setetes madu

Beri tahu mereka bagaimana rasanya didekati bara api

Beri tahu mereka rasanya perut penuh dengan janji

Kekuasaan tak fana bahkan menjadi cerita berbalik

Banyak kisah alam di balutan waktu bercerita

Tentang rusak dan patahnya kursi singgasana

Tentang kepala yang terluka tertusuk mahkota

Tentang menancapnya paku beracun entah siapa yang melakukan

Saat itu sang raja berteriak meminta tolong

Tak ada satupun mau meyelamatkan

Bala tentara tak lagi mengikuti kemauan sang raja

Bahkan berbalik arah membantu rakyatnya

Mendobrak istana raja yang abai akan janjinya

Namun semua hanyalah kisah

Kisah yang hanya enak didengar menjadi dongeng

Bagi para penikmat racun berselimut gula

Mereka berbaris dan maju perlahan menuju lembah dalam

Hingga jatuh satu persatu tanpa selamat

Kembalilah tuan dan puan ke pangkuan si papa

Dengarkan dengus nafasnya yang menderu

Menahan perih dan tak melawan

Walau dia tahu kuasamu berbatas waktu

Kisah tuan dan puan tak tahu seperti apa di penghujung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun