Mohon tunggu...
Ayah Farras
Ayah Farras Mohon Tunggu... Konsultan - mencoba menulis dengan rasa dan menjadi pesan baik

Tulisan adalah bagian dari personal dan tak terkait dengan institusi dan perusahaan

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Puasa Kembang Jeruk Istilah Akrab dan Pernak-Pernik Cerita 90an

12 Mei 2020   21:10 Diperbarui: 12 Mei 2020   21:11 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nikmatnya berpuasa bisa dirasakan saat menjalaninya. Banyak godaan yang harus ditahan hingga waktu buka puasa. Kalau menahan hawa nafsu sesungguhnya tak berbatas waktu tapi menahan lapar dan haus sudah ada batas waktunya yang ditentukan yaitu sampai masuk waktu magrib.

Ada beragam performa orang dalam menjalani puasa. Ada yang tampak segar ada juga yang biasa-biasa saja. Nah ada yang memang lemas dan tampak kuyu matanya dan bersandar menahan kantuk. Sontak kaget ada celetukan iseng pas lihat ada yang lemes " Biasa Aja kaleee puasanya ngga usah di lemes-lemesin". Hehehe jadi seger sambil nahan ketawa.

Jenis-jenis puasa diluar keseriusannya ternyata ada definisi sendiri lho dan ini berlaku non formal kepada para sahabat yang jalani puasa. Dahulu dan mungkin masih ada istilah candaan yang sama dan ragam ceritanya.

A : "Brur, koq si Johan seger amat sih puasanya ? Ngga ada lemes-lemesnya, bibir basah mata terang".

B : "Ohh dia mah emang gitu kalo puasa"

A : "Gitu gimana maksudnya ?"

B : "Iya Dia emang puasa, tapi puasa kembang jeruk"

A : "Apaan tuh!!

B : "Puasa Kembang Jeruk alias ada nasi dikeruk-keruk brur alias ngga puasa"

A : "Puantesaan segeeerrr"

Teringat Ramadan saat masa kecil di Jakarta Selatan dimana petasan masih bebas dijual dan bunyikan petasan bareng teman-teman. Satu kali sehabis shalat tarawih anak-anak pada saat itu justru pada ramai bermain tak ada yang pulang ke rumah. Saya beli petasan ukuran kecil dan jenis kesukaan saya petasan cabe rawit. Saat malam Ramadan banyak bermacam-macam pedagang makanan minuman termasuk petasan. Setelah beli petasan saya jajan bakwan (cemilan isi tauge dan wortel). Jadi dua tangan saya sudah ada bakwan dan obat nyamuk bakar yang menyala untuk menyalakan petasan. Asyiknya nyalakan petasan sambil makan bakwan. Dikala menyundut petasan dengan obat nyamuk bakar di tangan kiri sesekali menggigit bakwan yang ada ditangan kanan. Sampai satu momen yang tidak bisa saya lupakan hingga kapanpun. Bukan bakwan yang berikutnya saya gigit. Obat nyamuk menyala dengan bara apinya tak sadar dari tangan kiri saya meluncur ke mulut. Saya meringis kelu karena bukan bakwan yang empuk tapi giliran obat nyamuk menyala. Teman-teman kecil saat itu banyak tertawa karena melihat langsung saya salah gigit. Hampir tiga hari lidah terasa perih dan  senyum-senyum setiap ketemu teman-teman. ini hanya kisah cerita lalu dan jangan ditiru ya sahabat karena petasan kini sudah dilarang dimainkan

Kejadian lucu nan mengesalkan juga tak berhenti sampai pada cerita petasan dan bakwan. Biasanya tarawih jadi momen yang ditunggu saya dan teman-teman. Masjid jadi sarana ibadah juga tempat berkumpulnya anak-anak dengan keseruannya. Sampai tak sadar jiwa jahil tetap ada diantara kawan-kawan yang jadi buat senyum-sanyum sampai sekarang. Tak jarang setelah sholat tarawih mulai aksi jahil dirasakan dan kita tahu siapa pelaku biasanya. Karena pelaku biasanya selalu pulang duluan sebelum selesai sholat tarawih. Saya dan kawan-kawan mengalami hilang sandal (alas kaki) sebelah dan pusing tujuh keliling cari keberadaan sandal. Sementara bedug terus bertalu-talu dipukul bergantian sambil terus mencari dimana keberadaan sandal. Lagi dan lagi biasanya kita ingat seperti tahun-tahun sebelumnya. Kita geledah bagian dalam tong bedug yang sedang dipukul. Benar sekali ada tumpukan sandal yang hanya sebelah tanpa pasangan dengan jumlah lumayan. Pemilik sandal yang menemukan di dalam tong bedug tentu senyum-senyum kegirangan. Tapi ada juga yang masih belum menemukan sendalnya. Kita bantu bersama-sama dengan sasaran lokasi genteng masjid.  Tak salah lagi ditemukan beberapa sandal tanpa pasangan di pinggiran genteng masjid. Seperti kisah ulangan setiap tahun usai tarawih dan tinggal kenangan dan cerita yang tak mungkin terulang. Ah, rasanya cepat sekali waktu berlalu dan saya belum melihat anak-anak sekarang nikmati keceriaan alami seperti zaman saya kecil saat Ramadan meskipun jahil.

Semua mungkin ada yang tahu bahwa kulkas atau pendingin tidak semua orang memiliki saat 80an bahkan 90an. Es batu jadi sesuatu yang sangat berharga sekali terutama saat bulan puasa. Es batu bisa untuk sirop dan teh manis sebagai pelepas dahaga saat buka puasa. Maka setiap sore sebelum waktu berbuka banyak yang antri membeli es batu di depot es yang jadi langganan. Biasanya es batu dipotong dengan ukuran sesuai yang ingin kita beli. Setelah dipotong dan diikat maka kita bawa pulang dengan menggenggam tali yang mengikat es batu. Jangan bayangkan pakai kantong plastik. Saat itu kantong plastik tak berlimpah seperti saat ini kalaupun ada pasti satu-satunya kantong plastik yang terus dijaga untuk membawa es batu. Lucunya bagi yang jarak rumahnya jauh es akan mengecil karena cair dengan jarak tempuh dari depot es ke rumah dan hanya berjalan kaki tanpa motor ataupun sepeda. Sampai rumah biasanya hanya senyum-senyum saja didepan orangtua yang penting ada pendingin untuk air sirop dan teh manis. Demikian catatan ingatan tentang sekelumit apa yang terjadi dan buat saya senyum-senyum lagi dan tak mungkin bisa terjadi lagi. Waktu telah berlalu namun cerita tak pernah lekang selalu jadi catatan. Salam (Isk)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun