Harta yang paling berharga
Adalah keluarga
Istana yang paling indah
Adalah keluarga
Itulah kutipan atau penggalan syair lagu Keluarga Cemara ciptaan Harry Tjahjono dan mendiang Arswendo Atmowiloto yang begitu indahnya dan dilanjutkan dengan rangkaian yang tak kalah indahnya. Siapa yang tak ingat serial film Keluarga Cemara yang dahulu rutin tayang setiap hari Minggu di TVRI era 90an .Tentunya yang masih ingat adalah generasi era 80-90an. Kisah satu keluarga yang terdiri dari Abah, emak dan para anak-anaknya jadi kisah yang menyisakan keasrian, keteduhan dan solidnya dalam mengatasi setiap permasalahan dengan tenang. Abah yang diperankan oleh Adi Kusriadi sangat sejuk membawakan setiap lakonnya.
Berlatar belakang suasana pedesaan nan asri diawali dengan hijrahnya Abah bersama keluarga dari kota besar meninggalkan segala kenikmatan yang sudah diraih karena bangkrut akibat ditipu salah satu keluarganya. Keluarga Abah tetap bangkit dan membangun lagi dari awal dibantu emak dan anak-anaknya. Opak buatan emak jadi produksi yang di jual euis ke warga. Kondisi ini sungguh membuat para penonton selalu ikut terbangun semangat usahanya dan ikut berempati.
Serial film TV ini banyak menyisakan kisah-kisah abah dan keluarganya dengan segala permasalahan yang dihadapi namun tetap dengan arif bisa melaluinya. Suara abah tenang bertutur terhadap emak yang diperankan oleh Novia Kolopaking ( Istri Emha Ainun Najib/ Cak Nun) dan juga Lia Waroka di seri lanjutan.
Kisah Keluarga Cemara di tayang ulang 3 Januari 2019 dengan versi layar lebar oleh memang layak jadi panutan dan memiliki nilai kebaikan serta kearifan. Abah dan emak dengan ketiga anaknya yaitu Euis, Cemara dan Agil berjuang dari kehidupan Megah ke kehidupan yang dimulai dari nol lagi. Ada pesan yang bisa didapat yaitu materi tidak utama dalam mendapat kebahagiaan namun kebersamaan yang solid bisa timbulkan rasa sayang keluarga dan saling melindungi.
Hidup dalam kesusahan tidak lantas membuat abah berlaku putus asa namun tetap mencontohkan optimisme dimata keluarga. Prinsipnya tak ada masalah yang tak bisa diselesaikan. Anak-anaknyapun menginduk dan menauladani sikap abah dan emak. Di depan mata anak-anak abah selalu membangun diskusi bijak dengan emak yang juga dirasa pas mendampingi figur abah. Emak sangat 'nrimo' dan ikut apa kata abah dalam setiap masalah. Dalam bertutur abah memposisikan bahasanya menjadi teman untuk anak-anaknya tidak meninggikan atau menunjukkan dialah pemimpinnya. Anak-anak pun jadi tanpa batas dalam urusan ngobrol keseharian. Abah hanya tegas jika ada yang mengganggu keluarga itupun jika sudah melewati batas yang sudah abah inginkan.
Kearifan dialog dan sikap jadi kerinduan atas tayangan tauladan untuk Indonesia secara umum. Selamat jalan Adi " Abah" Kurdi, Tiada yang hilang atas nilai-nilai keluarga dan kebersamaan yang telah abah berikan. Dalam lagu Keluarga cemaran pun kita rasakan begitu kuat pesan atas
Terima kasih, Emak
Terima kasih, Abah
Untuk tampil perkasa
Bagi kami putra-putri
Yang siap berbakti
Penggalan lirik lagu Keluarga Cemara nan Indah menyapu hati para penggemar yang khusyuk menyaksikan tayangan setiap minggu dan hanya di TVRI yang menjadi satu-satunya stasiun TV yang ada di Indonesia.
Mengenang Adi Kurdi
22 September 1948 -- 8 May 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H