Mohon tunggu...
Ayah Farras
Ayah Farras Mohon Tunggu... Konsultan - mencoba menulis dengan rasa dan menjadi pesan baik

Tulisan adalah bagian dari personal dan tak terkait dengan institusi dan perusahaan

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Kalah Lawan Hawa Nafsu, Elus Dada Liat Makanan Mangkrak Akibat Kalap Belanja

2 Mei 2020   16:18 Diperbarui: 2 Mei 2020   16:09 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat puasa dijalankan memang sangat terasa ujiannya. Ujian menahan hawa nafsu maupun menahan diri untuk tidak makan dan minum. Nah semuanya saling berkaitan tidak berdiri sendiri. Dari Imsak hingga Magrib ada perjuangan nyata dan tak nyata. Perjuangan nyata dan terasa sudah pasti ada rasa lapar dan haus.

Pada satu hari beberapa tahun silam dan saya biasa berkeliling naik motor sama anak dan istri, sebut saja ngabuburit. Rute yang di lewati sepanjang jalan raya Kayumanis Jakarta Timur terus melingkar ke jalan Utan Kayu selatan, Pisangan Baru hingga sampai kembali kita ke Kayumanis.

Saat bulan puasa sudah barang tentu banyak sekali sajian atau penganan untuk buka puasa memenuhi sepanjang jalan yang kita lewati tersebut. Mulai terpikir dan menyusun rencana menu makan buka puasa, makan setelah tarawih dan makan sahur.

Ngabuburit dengan keliling naik motor sangat leluasa memilih makanan favorit yang terus menari di kepala. Berhenti di salah satu kumpulan jajaran pedagang makanan berbuka puasa seperti wisata penuh romansa. Tentu saja mungkin ini bawaan puasa dan kita sedang mendekati godaan yang mesti ditahan sampai magrib. Semua jajanan penganan tampak indah sekali dengan ragam bentuk dan warna. Itu baru di pemberhentian pertama yang kita lewati dari rencana rute keliling. Sontak saya bilang ke penjual," Mba  saya Risol sama martabak telor (mini) nya masing-masing lima ya jangan lupa sambalnya".

Saya lihat semua nampak indah merona dan bahkan ukurannya koq jadi besar-besar ya. Ah jangan-jangan pandangan saya saja saat lapar. Saya dan istri lanjut naik motor menikmati sore yang sudah mulai ramai lalu lalang orang dan kendaran dengan kecepatan lambat. Belanjaan tadi yang sudah dibeli merupakan keinginan saya belum termasuk istri dan anak-anak.

Maka mata saya masih terus pacu pandangannya ke jajaran pedagang makanan lainnya sepanjang jalan. Biasanya kita bisa terpacu dengan rasa ingin tahu ketika ada satu keramaian di suatu bale jualan penganan. Saya kira pasti rasanya beda dan pilihannya banyak untuk bisa dipilih. Pilihan pelepas rasa haus saat berbuka jatuh pada es buah utan kayu yang memang lengkap buahnya dan rasa tetap terjaga bahkan sampai saat ini. Tak lupa juga beli cemilan untuk anak-anak.

Di satu titik kumpulan pedagang makanan berbuka di pisangan baru arah pasar Jangkrik mata saya terasa klik alias cocok. Ramai sekali orang berlomba-lomba membeli diantara orang memilih. Sang penjual sangat sibuk melayani, transaksi dan membungkus.

Saya rapatkan motor dengan bale penjual dan disandarkan. Saya terpacu suasana yang penuh semangat. Ada pikiran dalam hati wah ini koq lebih besar ya bentuk-bentuk makanannya dan warnanya lebih menarik sangat atraktif. Saya jadi ikut belanja padahal istri juga belanja makanan kesukaan di tempat yang sama.

Tahu isi goreng hampir sebesar kepalan tangan orang dewasa saya beli tiga buah. Lantas di tempat ini juga ada martabak telor mininya yang menurut saya lebih besar dan tebal. Entah apa yang merasuki tak sadar kembali membeli martabak yang sebelumnya sudah saya beli juga.

Saya beli lima dan sambil berhitung waktu makan. Ini pasti akan pas saya nikmati saat berbuka puasa dan selesai tarawih bisa lanjutkan lagi makan penganan yang sudah saya beli. Jikapun tidak habis malamnya saya tuntaskan saat makan sahur.

Biasanya istri saya rutin diantara menu pembuka saat buka puasa ada lontong isi dengan sambal kuah kacang. Jadi tambahlah 4 buah lontong bergabung ke rombongan bungkusan. Istri saya sudah cukup membeli tiga bakwan goreng besar. Perburuan makanan berbuka sudah tiga kantong termasuk belanjaan istri saya. Motor dinyalakan untuk melanjutkan jalan-jalan keliling ngabuburit.

Memasuki pasar jangkrik ada warung nasi Padang tepat di pertigaan. Saya lihat ada pemandangan yang mendebarkan dibalik kaca sajian lauk pauk. Kepala tongkokl tampak gagah diatas piring berdampingan dengan lauk lainnya. Terjadilah pertarungan di kepala antara mampir atau tidak. Rupanya makanan hasil buruan tadi tidak mampu hentikan arah ban motor.

Tepat didepan warung motor saya hentikan dan matikan mesin sambil bilang ke istri saya mau beli kepala ikan tongkol. Biasanya istri juga mau dan pilihannya adalah tunjang atau cincang. Tuntas sudah perburuan yang kami lakukan dan lanjut pulang ke rumah untuk menanti waktu berbuka puasa.

Tibalah saat berbuka puasa dan bersiap makan dan minum dengan hasil belanja tadi. Semuanya ada dan kumpul di satu meja. Saya buka dengan minum teh manis panas dan makan lontong dan satu risol lanjut dengan makan nasi lauk kepala ikan tongkol tadi. Akhirnya tuntaslah buka puasa saya sambil sapu pandangan kea rah barisan makanan. Sambil susun waktu kapan bisa lanjut makanan yang tersedia sementara perut sudah sangat padat terasa. Ah, habis tarawih bisa lah lanjut makan risol, martabak dan tahu isi. Selesai tarawih ada pertarungan baru lagi ternyata. Rasa ngantuk yang berat  datang sambil terus nguap-nguap. Saya berusaha lanjut makan lagi. Hanya sanggup satu tahu dan dua martabak dengan mata yang sudah 5 watt. Hingga tak tahan akhirnya saya simpan makanan di dalam kulkas dan berharap saat sahur bisa dihabiskan. Rupanya lain waktu lain juga yang dirasa. Pas sahur saya hanya ingin makan mie rebus instan dengan telor ditambah nasi. Tak terpikir lagi tentang makanan yang sudah ada di dalam kulkas. Sudah barang tentu saya yakin pada saat berbuka sorenya ada keinginan lain lagi untuk dimakan.

Saya tak mau lagi ada makanan tersisa dengan berbelanja berlebihan dan tentunya itu sangat merugikan. Bahkan Allah pasti tak suka kita melakukan itu. Saat ini seperlunya saja belanja makanan dan minuman jangan sampai lapar mata. Pengendalian hawa nafsu jadi kunci penting. Jangan sampai lapar dan haus mengendalikan pikiran untuk bebas melakukan kalap belanja. (Isk)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun