Miris menyaksikan para guru tersangka digunduli atas musibah yang menimpa para murid SMPN 1 Turi Sleman. Peristiwa tersebut menelan korban jiwa dan sudah dalam penanganan pihak berwajib. Tiga tersangka yang dinilai lalai saat kejadian tewasnya 10 pelajar SMPN 1 Turi, Sleman Yogyakarta pada kegiatan Pramuka: susur Sungai Sempor pada Jumat (21/2/2020)
Kecaman keraspun datang dari Ketua IGI (Ikatan Guru Indonesia) Muhammad Ramli Rahim. "Peristiwa pemotongan rambut hingga botak terhadap guru-guru yang diduga lalai dalam menjalankan tugasnya sehingga kegiatan yang didampinginya merenggut nyawa anak-anak didiknya adalah sebuah penghinaan terhadap profesi guru," Tegas Ramli. Ramli pun meminta dan menuntut Kapolri memberikan hukuman bagi para oknum polisi  yang menggunduli guru-guru tersebut.
Tak ketinggalan PGRI pun memberikan cuitan keras dan memprotes perlakuan oknum polisi terhadap guru. "Pak Polisi, kami marah & guru. Tak sepatutnya para guru2 kau giring dijalanan & dibotakin seperti kriminal tak terampuni. Mrk memang salah tapi program Pramuka itu legal & jadi agenda pendidikan. Jangan ulangi lagi! Sebelum semua guru turun," cuit akun Twitter resmi PGRI pada Selasa (25/2/2020) sore. Namun sekitar pukul 22.00 WIB cuitan tersebut dihapus. Pada 22.04 WIB akun tersebut mengunggah cuitan soal klarifikasi dihapusnya cuitan sebelumnya.
Perihal protes yang deras meluncur tersebut dari organisasi guru dijawab oleh pihak Kepolisian."Menyikapi protes yang disampaikan oleh akun PGRI tentang tahanan yang gundul. Propam Polda DIY dari tadi pagi sedang melakukan pemeriksaan di Polres Sleman untuk mengetahui pelanggaran yang dilakukan oleh anggota," kata Kombes Pol Yuliyanto (Kabid Humas Polda DIY).
Tidak ada niatan jahat jika ditilik kembali lagi kepada guru-guru yang menjadi kini menjadi tersangka tersebut. Justru kegiatan yang dilakukan susur sungai yang menurut Yoppy (salah satu guru tersangka) bagian dari latihan pembentukan karakter tetap terlaksana. Susur sungai menurutnya penting untuk mengenalkan anak-anak pada sungai karena anak-anak saat ini dinilai banyak yang tidak lagi bermain di sungai.
Kita berempati juga dengan para keluarga korban atas musibah yang sudah terjadi. Namun rasanya dimanapun jika mengingat kata guru ada banyak makna dan teringat jasa bagi para pahlawan pendidikan. Masih terngiang akan guru dikala bersalaman, berdoa, diberi pelajaran, cerita hikayat, nilai-nilai sosial dan bahkan ketahanan dasar pengenalan alam.
Kita belum pernah melihat para tersangka koruptor yang muncul di KPK dengan kepala gundul dan dipajang saat press conference disaksikan jutaan penonton dari sabang sampai merauke. Padahal dampak atas apa yang dilakukan koruptor lebih dahsyat dan sistemik. Setingkat elit penting semestinya bisa disamakan didepan mata hukum.Â
Berlakukan sama jika "Gundul"menjadi tradisi tersangka kasus hukum. Sebut saja Wahyu Setiawan (Komisioner KPU, Tersangka) yang dampaknya sangat dahsyat kepada suatu hasil yang menentukan pemimpin-pemimpin negeri dan juga para wakil rakyat. Setya Novanto, Muchammad Romahurmuziy (Rommy), Imam Nahrawi dan lain-lainnya. Tanyakan kepada rakyat bagaimana koruptor juga digunduli? Tak perlu survey atau polling bisa dinyatakan mayoritas akan mendukung koruptor digunduli. (Isk)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H