Sesekali reda namun tak hentikan cerita
Tangis tak terdengar kala teriring suara rintik hujan
Sang Pipit terkejut dan sambung cerita riang
Air hujan tak hanya basahi tanah yang rindu
Dia basuh jiwa yang kering
Airnya lebat membasuh
Hingga tenang rongga jiwa yang sedang terkulai
Nyanyian tak lagi lekat kesengsaraan
Hingga sang Pipit berteduh dengan sorot mata  semakin tajam
Tak sadar hujan masih terus hentakkan irama manisnya
Semua menjadi pengiring irama untuk hujan
Ilalang, dedaunan, dan tanah jadi padu
Tak padam irama layaknya bersahutan dengan angin
Sesekali petir dengan hiasan sinarnya menggelegar
Sang Pipit terus mencoba teriakan ceritanya
Asa tak bisa menunggu
Kau kudengar ...ceritamu sudah kudengar
Teruskan ceritamu kata hujan dengan lembut
Namun tak kujanjikan pelangi dimalam hari
Tak akan tampak sekalipun memohon
Surya hanya terdiam saksikan
Hanya mendengar dan berharap pagi kan datang
Ada cerita yang ingin disampaikan wahai sang Pipit
Kujanjikan engkau kehangatan sinar
Dan kucoba hadirkan pesona pelangi untukmu
Surya hanya bisa bergumam karena malam milik bulan.
Sang Pipit tahu ada cerita terbaik untuknya
Isk
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H