Sungguh kita semua dikagetkan atas terjadinya peristiwa yang boleh dikatakan pembunuhan Jenderal Qasem Soleimani Komandan Pasukan Quds Iran karena Amerika secara resmi terang-terangan mengakui hal tersebut dilakukan sebagai perintah resmi Trump (3/1/2020). Â
Betapa tidak hal ini mungkin dan sangat mungkin memicu perang dunia ketiga dan ramai menjadi trending topik. Aksi Amerika ini berakibat respon cepat oleh pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei yang berjanji membalas kematian Jendral kesayangan Negara Republik Islam Iran tersebut.
Iran sendiri sebelum terjadinya konflik dengan Amerika ( Pembunuhan Jenderal Qasem ) sedang menghadapi aksi rakyatnya yang menentang kenaikan BBM yang menelan ratusan warga tewas seperti dicatat Organisasi Amnesty International (19/11/2019).Â
Kebijakan dalam negeri Iran menuai protes berkepanjangan sementara Rouhani (Presiden Iran) menjelaskan kenaikan BBM diakibatkan ekonomi negara yang mengalami penurunan.Demonstrasi di Iran sangatlah berkepanjangan dan membuat pemerintah Iran belum memiliki daya tawar aksi.
Disaat yang sama Trump menghadapi sidang pemakzulan 4 Desember 2019 dengan tuduhan meminta Volodymyr Zalensky ( Presiden Ukraina) di tanggal 5 Juli 2019 untuk menyelidiki Joe Biden ( Kandidat Presiden Amerika 2020 dari Partai Republik).Â
Trump balik membantah bahwa hal ini ada campur tangan Rusia terkait Pilpres 2020. Sambil berjalan proses pemakzulan dunia dikagetkan tewasnya Jendral Qassem Soleimani yang tewas oleh Drone Amerika di Bandara Udara Baghdad.Â
Bahkan Kongres sendiri kaget karena tak ada konsultasi dan menganggap hal ini akan menimbulkan masalah yang serius.
Lantas mau apa lagi langkah ini direspon Pentagon sebagai bagian mengamankan kepentingan Amerika yang posisinya dibawah ancaman dan mencegah serangan Teheran dimasa depan karena Qasem dianggap secara aktif memiliki rencana penyerangan kepada diplomat maupun militer Amerika di Timur Tengah.
Iran Sontak merespon serangan terhadap Jenderal Qasem. Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, mengatakan "akan ada serangan balasan terhadap penjahat" yang melakukan serangan.Â
Tumbuhlah nasionalisme dengan satu musuh bersama yaitu Amerika sebagai musuh nyata rakyat Iran yang harus dihadapi bersama dan beristirahat sejenak dari hiruk pikuknya demonstrasi dalam negeri dan juga terselamatkan dari pemakzulan rakyatnya.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan pembunuhan Soleiman untuk menghentikan perang, bukan untuk memulainya.
Tentunya Iran tak mulai langsung aksi pembalasan atas pembunuhan Jenderal Qassem. Hari berkabung dilakukan selama tiga hari mulai tanggal enam Januari 2019.
Aksi balasan Iran mulai berlangsung (06/01/2020) Â dengan serangan rudal balistik yang diluncurkan Iran ke pangkalan militer AS Ayn al-Assadyang diklaim memakan korban 80 tentara AS.
Situasi bertambah keruh karena adanya Peristiwa jatuhnya pesawat Ukraine International Airlines, di Teheran, Iran, Rabu (8/1/2020) yang pada awalnya membuat pertanyaan banyak pihak.Â
Iran membantah pihaknya menembak jatuh pesawat Boeing 737-800 milik Ukraine International Airlines tersebut hal ini dikuatkan dengan pernyataan pejabat penerbangan Iran.
"Satu yang pasti, pesawat ini tidak ditembak rudal. Informasi dari kotak hitam sangat krusial untuk mengungkapkan penyebab kejadian," kata Kepala Otoritas Penerbangan Sipil Iran, Ali Abedzadeh, dilansir dari AFP, Jumat (10/1/2020).
Saat itu banyak pertanyaan dari berbagai kalangan yang sempat menuding langsung Iran pelaku atas jatuhnya pesawat tersebut. Tak lama berselang mulai dapat titik terang Iran akui telah menembak pesawat tersebut. Seperti dikutip Reuters, pihak Iran mengatakan pada Sabtu (11/1/2020) bahwa angkatan udara mereka melakukan kesalahan penembakan rudal pada Rabu (8/1/2020).
Kini pemerintah Iran kembali berhadapan dengan rakyatnya sendiri yang berdemo menuntut Ayatollah mundur atas peristiwa itu. Tentu saja ini jadi seperti bola salju yang menggelinding kembali setelah aksi demo BBM sebelumnya sempat istirahat sejenak. Â
Protes terjadi di seluruh Iran, termasuk di Teheran, Shiraz, Esfahan, Hamedan, dan Orumiyeh meski para pejabat tinggi Iran dan pihak militer menyatakan permintaan maafnya atas penembakan pesawat tersebut.
Sementara Trump bisa beristirahat sejenak sambil terus memainkan isu ketakutan  demi pilpres 2020 yang sudah menjadi ciri khas kampanye di pilpres dahulu dan sedikit lepas dari isu pemakzulan.Â
Dari kejauhan Trump coba meyakinkan dunia bahwa dia sedang melawan sumber ketakutan ditambah kecerobohan Iran dengan salah tembaknya pesawat komersial yang berujung konflik akibat efek domino tak terduga.Â
Sebut saja Presiden Kanada dan Presiden Ukraina yang warganya menjadi korban kecerobohan rudal salah tembak tersebut dan hal ini diluar dari warga negara Iran sendiri yang menjadi korban.
"Kami mengharap Iran untuk membawa yang bersalah ke pengadilan. Kami berharap penyelidikan akan dilakukan tanpa penundaan yang disengaja dan tanpa hambatan," tulis Zelensky seperti yang dilansir dari kantor berita AFP, Sabtu (11/1/2020). Hal ini jadi bagian tuntutan dari pengembalian jenazah dan pembayaran kompensasi korban.
"Investigasi penuh dan lengkap harus dilakukan,Kita perlu kejelasan penuh tentang bagaimana tragedi mengerikan bisa terjadi, Iran harus bertanggung jawab penuh," kata Trudeau yang 65 warganya turut menjadi korban jiwa di pesawat nahas tersebut. ( Isk)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI