Mohon tunggu...
Ayah Farras
Ayah Farras Mohon Tunggu... Konsultan - mencoba menulis dengan rasa dan menjadi pesan baik

Tulisan adalah bagian dari personal dan tak terkait dengan institusi dan perusahaan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita Anak Tanggoel (Bagian I)

22 November 2019   10:50 Diperbarui: 27 November 2019   12:22 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menteng Atas kebon obat, Menteng Sawah, Kuningan, Pedurenan dan sekitarnya di Jakarta Selatan pasti jadi wilayah yang banyak menyimpan cerita bagi orang yang pernah lahir besar dan tumbuh disana.

Keseruan pagi

Pagi itu seperti biasanya suasana hiruk pikuk berjalan dengan kesibukannya masing-masing. Lagu Rhoma Irama yang disetel tetangga mendayu-dayu dengan pukulan gendang dan melodi yang asyik menghentak suasana pagi. Saya juga sibuk, sibuk dengan piring dan sendok tertenteng menuju langganan sarapan pagi yang terus masih ingat rasanya sampai sekarang .

Lontong sayur (lonsay) nangka dan lupis ketan dua pilihan yang menemani keseruan pagi bagi warga yang tinggal sekitar Masjid Attaubah kebon obat Menteng Atas. Saya jadi pelanggan istimewa le mitri pedagang lontong sayur tersebut dimasa saya tinggal era 80an. Apa istimewanya ? setelah lontong sayur atau lopis ketan tersaji ke piring saya langsung jalan tidak bayar beda sama pembeli lainnya.

Gratis ? hehehehe ya tidak juga, sebabnya ya le mitri belanja kebutuhan dagangannya di warung ayah saya di pasar Ratna  yang masuk wilayah pedurenan. Jadi lonsay atau lopis yang saya makan nantinya jadi potongan belanja le mitri di warung ayah. Habis makan sarapan paling asyik ya kumpul sama temen. Tinggal pilih deh mau kumpul yang dimana aja juga ada pilihan. Ada yang di gang, ada yang dilapangan pohon jambu belakang masjid atau di tanggul.

Loh ada kata tangggul? pasti ada kalinya ? ya iyalah Namanya juga tanggul pasti ada kalinya. Kalo ngga ada kalinya ya namanya tenggel hehehehe sorry bercanda. Tanggul satu kata menyimpan ribuan cerita. Wahh lebay deh koq jadi ribuan cerita sih. Tanggul itu bukan kata dan tempat milik domisili saya aja tapi terbentang luas dari sabang sampai Merauke.

Bener juga sih diseluruh propinsi pasti ada yang namanya tanggul tapi maksudnya bukan itu. Tanggul dalam cerita ini membentang dari menteng pulo hingga ke ujung waduk Setiabudi. Itu garis tepi tanggul wilayah saya, nah di seberangnya masuk wilayah Kuningan Pedurenan sampai ujungnya juga ke waduk Setiabudi. 

Bersambung ke Cerita Anak Tanggoel II

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun