Mohon tunggu...
Rizky Purwantoro S
Rizky Purwantoro S Mohon Tunggu... Lainnya - pegawai biasa

Membaca, mengkhayal dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hantu, Sebagai Produk Budaya Masyarakat

4 Desember 2022   08:21 Diperbarui: 4 Desember 2022   08:26 2557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa cerita Drakula dan Werewolf kebanyakan ada di negara-negara barat saja? Lalu mengapa pula hantu seperti Pocong dan Genderuwo misalnya juga hanya ada kisahnya di Indonesia dan mungkin negara melayu lainnya.

Terlepas dari benar atau tidaknya fakta keberadaannya, hantu atau mahluk jadi-jadian atau apapun namanya itu, merupakan produk budaya manusia. Manusia lah yang menciptakan wujud dan penamakan sesuai dengan kepercayaan dan kadang imajinasi mereka.

Pocong contohnya adalah gambaran bagaimana pengaruh agama Islam sangat kuat di situ, nampaknya tidak mungkin ada cerita pocong di penduduk pulau Jawa saat zaman kerajaan Tarumanagara atau Singasari, karena mayoritas masyarakatnya masih menganut agama leluhurnya atau Hindu-Budha. Atau tidak mungkin juga ada cerita pocong di Papua New Guinea, yang meskipun bertetangga langsung dengan Indonesia, namun sistem kepercayaan dan budaya mereka berbeda.

Sebagian hantu itu sering dikisahkan adalah manusia yang sudah meninggal lalu bangkit kembali, karena di Indonesia mayoritasnya penduduknya beragama Islam yang saat mereka wafat itu di pocongin, maka kalau ada cerita bangkit mayatnya itu mau tidak mau berwujud mayat yang dibungkus pocongan.

Kemudian diibarat, karena di sana mayatnya tidak dibungkus, melainkan dipakaikan jas atau pakaian formal yang rapih, maka kisah mayat hidupnya itu sudah pasti mengenakan pakaiannya saat terakhir dirinya dikubur.

Akan tetapi uniknya walaupun pocong itu merupakan hantu yang "terislamkan", hampir jarang ditemukan kisah pocong serupa di negara-negara muslim selain negeri Melayu. Coba ditelusuri di negara muslim Afrika Timur seperti Somalia atau Eriteria, penduduk di sana kalau meninggal juga dikafanin atau berbusana pocongan, tapi mengapa cerita hantu pocong tidak muncul?

Seperti juga di negara Afrika yang mayoritas penduduknya Kristen sama dengan Eropa yang menjadi tempat lahirnya Drakula, tapi mengapa drakula yang seharusnya berkulit putih tidak berkembang di sana?  

Iya, produk budaya setiap masyarakat berbagai belahan dunia berbeda-beda, ditambah lagi faktor-faktor lain, seperti imajinasi mereka yang berkembang bertahun-tahun, bahkan berabad-abad. Dari situ muncullah produk-produk budaya masyarakat, salah satunya ada cerita hantu.

Masih banyak lagi cerita hantu yang kemungkinan besar hanya ada di Nusantara ini, seperti Leak, Tuyul, Babi Ngepet, dan lain-lain.

Dengan begitu, apakah hantu itu adalah rekaan imajiner manusia sendiri? Wallahu a'lam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun