Indonesia kepada kawasan Oseania, bukan lagi terfokus kepada Asia. Karena jika di Asia, kita jadi anak bawang, maka Indonesia berpotensi dapat menjadi pemain utama di kawasan Oseania.
Arahkan pandanganTidak anak bawang banget sih Indonesia itu di kawasan Asia, namun di sana banyak macan besarnya seperti RRC, India, Jepang, dan Arab Saudi. Sedangkan di Oseania, pesaingnya mungkin hanya Australia saja, meskipun Amerika Serikat kadang bisa ikut campur juga.
Nah karena hanya Australia dan mungkin ditambah Selandia Baru, kans Indonesia untuk memainkan peran perpolitikannya di kawasan Oseania sangatlah besar.
Negara-negara Oseania, selain kedua kedua negara di atas, dapat dikategorikan sebagai negara-negara kecil dan prospek ekonominya tidak terlalu menonjol. Berbeda halnya jika kita tengok di kawasan Asia, untuk Asia Tenggara saja, walaupun Indonesia adalah yang paling luas wilayahnya, tapi perekonomiannya masih tertinggal dengan negeri jirannya semacam Singapura dan Malaysia.
Pertanyaannya apakah bisa Indonesia mengarahkan pandangannya ke Oseania? Bisa sekali, karena negara kita ini setidaknya memiliki dua modal penting untuk bermain di kawasan tersebut.
Pertama, adalah lokasinya yang luar biasa strategisnya, terletak di antara dua benua dan dua samudera. Kalau selama ini pandangan Indonesia lebih sering menengok ke arah barat dan utara, lalu tidak ada salahnya apabila pandangannya sekarang dibelokkan ke timur dan selatan, di mana ada Oseania disitu.
Kedua, dilihat dari keberagaman penduduknyanya, Indonesia secara umum ditinggali beberapa rumpun besar, di antaranya adalah rumpun Melanesia, yang banyak menghuni pulau-pulau sebelah timur dari kepulauan Indonesia, yang paling besar adalah Papua.
Keberadaan Papua dipangkuan ibu pertiwi, Indonesia, dapat membantu kita untuk menjadi posisi tawar menawar dalam rangka mendekati negara-negara yang ada di kawasan Oseania.
Stereotipe Indonesia yang dikenal sebagai negara Melayu dan dianggap bagian dari Asia mungkin perlu diubah sedikit menjadi lebih berwajah Melanesia dan Polinesia, supaya lebih mudah diterima mereka.
Lagipula, dari kacamata etnolinguistik, mayoritas bahasa di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai bagian dari rumpun bahasa Melayu Polinesia, jadi masih ada hubungan kekerabatan jauh kita dengan penduduk di kawasan Oseania.
Hanya karena faktor pengaruh budaya dan historisnya yang membuat Indonesia merasa lebih dekat hubungannya dengan kawasan Asia, misalnya Indianisasi budaya, masuknya Islam, dan intesitas  perdagangan rutin dengan Tionghoa sejak dahulu. Budaya-budaya Asia itu membekas dan diadopsi sebagian masyarakat di Indonesia.
Di sini Indonesia adalah kombinasi sempurna antara dua arus besar dari Asia dan Oseania, dari budaya agak lebih dekat dengan Asia, dan dari segi ras dan rumpun bahasa, masih ada pertalian genetik dengan saudara-saudaranya di Oseania.
Kembali, kepada peluang Indonesia sebagai pemain besar di kawasan Oseania. Mungkin karena banyak raksasa ekonomi di Asia, keuntungan finansial yang dapat diperoleh seperti penanaman modal asing potensinya relatif lebih banyak dibandingkan di Oseania.
Pilihannya bagi Indonesia adalah ibaratnya seperti ini, mau menjadi ikan kecil di dalam kolam yang penuh ikan besar atau menjadi ikan besar di kolam yang lebih banyak ikan kecilnya.
Perumpamaan lainnya, Indonesia bisa melamar dan bekerja di perusahaan raksasa yang banyak saingannya, sehingga jauh lebih sulit untuk berkarir di sana. Berbeda bilamana Indonesia melamar dan bekerja di perusahaan kecil yang sedikit pesaingnya, maka prospeknya untuk naik jabatan jauh lebih besar.
Itulah gambaran bagaimana peluang Indonesia kalau mau mengambil kesempatannya di kawasan Oseania.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H