Mohon tunggu...
Rizky Purwantoro S
Rizky Purwantoro S Mohon Tunggu... Lainnya - pegawai biasa

Membaca, mengkhayal dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Penantian Kami Menunggu Buah Hati Selama 11 Tahun

4 November 2022   08:01 Diperbarui: 23 November 2022   09:42 766
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar dari Pinterest

Setelah menunggu sangat lama akhirnya penantian itu tidak sia-sia. Semuanya tetap berkat izin Allah yang telah memberikan kepercayaan pada kami untuk mendapatkan momongan, tidak hanya satu namun secara berturut-turut setelah yang pertama lahir kemudian sekitar dua tahun lahirlah adiknya.

Sebelas tahun adalah lamanya kami menunggu sejak tahun 2008 menikah, sebelas tahun mungkin bukan waktu yang sebentar bagi setiap pasangan suami-istri menunggu kehadiran buah hati yang pasti diidamkan semua calon orang tua. Selama itu pula kami berusaha kesana-kemari mencoba ikhtiar dan usaha agar dapat diberikan anak.

Tes kesuburan telah kami ikuti, syukurlah istri tidak ada masalah mengenai kandungannya. Akan tetapi sepertinya sperma yang saya miliki agak bermasalah. Banyak dugaan penyebabnya, bisa jadi karena latihan olah raga yang sempat saya jalani pada saat masih lajang atau ada penyebab lainnya.

Dari permasalahan itu maka terapi demi terapi tidak pernah berhenti kami jalani. Terapi kesuburan dari pengobatan konvensional hingga pengobatan tradisional sudah menjadi langganan untuk kami coba.

Baca juga: Kisah 3 Orang Ayah

Setelah beberapa lama menjalani terapi, akhirnya muncul juga rasa jenuh kami. Kami merasa perlu melakukan tindakan yang benar-benar berbeda untuk mendapatkan hasil yang tidak melalui proses yang melelahkan. Karena proses terapi selama ini terasa agak bertele-tele dan memakan banyak waktu karena hampir setiap pekan harus dijalani.

Kemudian pada sekitar tahun 2018 kami berikhtiar mengikuti program bayi tabung di Rumah Sakit Kencana dekat RSCM. Awalnya memang belum ada rencana matang untuk ikut program bayi tabung, apalagi dana yang kami pegang sebenarnya buat beli motor dan itupun dirasa tidak cukup untuk biaya bayi tabung yang kami lihat di poster rumah sakit tapi kami tetap nekad untuk mencobanya.

Program itupun dimulai, dan setelah melewati beberapa pekan seperti pematangan sel telur hingga dikawinkannya sel telur dengan sperma akhirnya kami tinggal menunggu saja hasilnya. Namun mungkin karena belum takdirnya, karena ternyata hasil pembuahan tidak berjalan sesuai apa yang kami harapkan.

Saat itu kami sempat shock dan hampir putus asa karena hampir beraneka macam usaha telah kami lakukan tapi kenyataannya justru adalah kegagalan yang didapatkan. Karena itu sempat pula kami berpikir untuk mengadopsi anak saja agar kekecewaan kami yang gagal dalam perjuangan mendapatkan buah hati dapat sedikit terobati.

Pada saat kami berkonsultasi dengan dokter terkait hasil program bayi tabung yang tidak sesuai dengan harapan. Entah bagaimana saya lupa, sempat keluar wacana mengenai pemeriksaan varikokel.

Dari situ kami bersepakat dan meminta rujukan ke dokter untuk coba memeriksakan varikokel yang ada didalam diri saya. Pemeriksaan itu perlu ada USG khusus dan itu kami lakukan di RS Kencana. Dari USG khusus varikokel tersebut didapatkan gambaran bahwa varikokel yang saya derita sudah mencapai grade empat sehingga pasti sangat mempengaruhi kesuburannya.

Kelanjutannya tidak berhenti disana dan memang sebaiknya ditindaklanjuti. Ditindaklanjuti dengan operasi perbaikan varikokel. Operasi itupun kami rencanakan dilakukan di rumah sakit As Sayidah Bekasi yang sebelumnya sudah sering menjadi tempat terapi kesuburan kami.

Tindakan operasipun dilaksanakan pada hari yang telah ditentukan. Menurut dokter yang bertanggungjawab terhadap tindakan operasi menyatakan jika hasil yang diharapkan kemungkinan akan terlihat sekitar tiga bulan sejak itu.

Alhamdulillah itu mungkin ucapan yang akan selalu diucapkan kami. Tiga bulan setelah operasi akhirnya istri mendapatkan hasil positif, iya positif yang terlihat dari garis dua pada tespacknya. Rasanya tidak terkira melihat hasil tespack itu dan harus saya akui kalau pada saat itu aku sebagai laki-laki justru menangis terharu mengetahui hasil tes kehamilan istri yang positif.

Kehamilan akhirnya dijalani seperti orang lain pada umumnya. Dan pada tanggal 4 Juli 2019 adalah hari yang selama ini kami tunggu, hari itu hari kelahiran anak pertama kami yang kami sambut dengan tangis bahagia.

Sekarang telah ada dua jagoan cilik yang selalu meramaikan keluarga kami. Rumah yang tadinya bisa rapih sekarang pasti akan selalu berantakan dengan berbagai macam mainan bocah-bocah. Tapi justru dari situlah keceriaan suasana rumah menjadi jauh lebih hidup daripada sebelumnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun