Mohon tunggu...
Rizky Purwantoro S
Rizky Purwantoro S Mohon Tunggu... Lainnya - pegawai biasa

Membaca, mengkhayal dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kapal atau Pulau, Salah Satu Bajak Laut yang Pernah Meneror Lautan Hindia Timur Belanda part 1

31 Oktober 2022   13:19 Diperbarui: 31 Oktober 2022   13:28 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekonyong-konyong terdengar beberapa letusan yang kedengarannya seperti suara meriam menyalak namun anehnya disekitar perairan tersebut tidak ada kapal satupun selain kapal milik Gubernemen Hindia Belanda ini. Tidak beberapa setelah suara letusan itu tanpa diduga kapal tersebut tiba-tiba hancur beberapa bagiannya seakan-akan ada bom yang sebelumnya telah ditanamkan dibadan kapalnya.

Kejadian itu mengagetkan semua awak kapal sehingga menimbulkan kepanikan yang luar biasa, bukan karena mereka tidak biasa menghadapi situasi pertempuran akan tetapi lebih karena mereka tidak mengetahui lawan seperti apa yang lagi dihadapi. Sang nahkoda kapal berusaha setenang mungkin walaupun terlihat jelas diwajahnya ada seraut rasa takut juga, tetapi dengan menahan suara dirinya mengatur awak kapalnya untuk tetap melakukan tugas ditempat masing-masing.

Selain kapal itu tidak ada kapal lain, hanya ada sebuah pulau kecil yang kelihatannya cukup aneh. Aneh karena beberapa awak kapal yang senior sempat mengatakan bahwa sebelumnya diperairan ini belum pernah ada pulau sebelumnya akan tetapi mengapa bisa tiba-tiba timbul pulau disana. Tetapi sebagian awak lainnya mengatakan bahwa bisa saja dalam waktu yang belum lama muncul pulau disana karena sebab-sebab alami.

Kekagetan itu tidak berhenti disitu karena letusan-letusan berikutnya juga kembali terdengar dan sama seperti sebelumnya disusul oleh semakin banyak ledakan dibeberapa sisi kapal yang terlihat seperti dihantam peluru meriam saja. Namun dimanakah kapal satunya lagi, jika ini suatu pertempuran maka ini akan menjadi pertempuran yang aneh karena secara tiba-tiba ada tembakan meriam yang tidak diketahui asal muasalnya.

Kondisi kapal yang sudah banyak kerusakannya perlahan-lahan agak limbung dan membuat nahkodanya segera memerintahkan para awaknya untuk menuju ke sekoci penyelamat yang tersedia. Sedangkan dirinya tetap memantau kondisi sekeliling untuk memastikan semua awaknya selamat dan memastikan dari manakah sumber tembakan itu berasal yang berhasil merontokkan kapalnya tanpa bisa dibalas oleh mereka.

Setelah memastikan para awaknya sudah masuk sekoci, nahkoda kapal itu akhirnya bergegas menuju tempat yang tersisa disekoci. Setelah dirinya sampai di sekoci, didalam benaknya  ia berujar bahwa suatu saat akan mencari tahu apa penyebab dari misteri penyebab hancurnya kapal miliknya. Misteri dari mana asal peluru tembakan meriam itu, apakah mungkin dari tempat yang sangat jauh atau mungkinkah dari sebuah kapal yang tidak terlihat sama sekali.

Beberapa waktu kemudian kapal itu telah tenggalam sepenuhnya. Sekoci-sekoci yang sudah diisi awak dan nahkodanya dari kapal yang tenggelam itupun dengan letih bersusah payah mengayuh dayung di sekoci tersebut ke arah yang diperkirakan ada daratan.

Anehnya setelah sekoci-sekoci tersebut sudah jauh, tiba-tiba pulau yang terletak dilokasi kapal yang tenggelam tadi seperti sedang bergerak. Bagi yang melihatnya secara langsung mungkin akan mengucek matanya beberapa kali karena saking tidak percayanya kepada apa yang telah mereka lihat.

Akan tetapi inilah yang sebenarnya terjadi, yaitu pulau itu memang benar-benar bergerak. Lalu laman-laman terdengar seperti suara orang dari dalam pulau tersebut. Salah satu suara itu terdengar kedengarannya seperti "kita berhasil lagi".

Kemudian terlihat dari dalam kapal beberapa orang berhamburan bolak-balik disepanjang pinggiran pulaunya yang berbentuk seperti pantai berbatu. Dari perawakan dan pakaiannya mereka mirip sekali dengan orang-orang pribumi dari Hindia Timur Belanda kebanyakan.

Dari puncak bukit tertinggi dipulau tersebut keluarlah sosok seorang yang tubuhnya cukup tinggi dan langsing. Ia adalah seorang laki-laki yang ditaksir umurannya sekitar 50an, disisinya berdiri laki-laki lain yang agak lebih pendek namun lebih kekar dan gempal.

Laki-laki pendek dan kekar ini sepertinya menganggap laki-laki jangkung tadi sebagai pemimpinnya. Terdengar suara berat yang bunyinya, "...sepertinya kita berhasil menenggelamkan satu korban lagi Daeng". Kemudian tidak lama dijawab, "tidak saudaraku, ini belumlah seberapa karena di setiap kota besar, mereka masih memiliki banyak kapal-kapal perang yang tetap harus kita waspadai, kita tidak boleh lengah....".

Langit sudah berwarna jingga dikejauhan, tanda hari sudah mulai senja. Burung-burung berterbangan pulang ke sarangnya setelah seharian penuh mencari makan. Dari kejauhan mulai terlihat jelas bahwa apa yang tadinya dikira pulau itu terlihat samar-samar seperti sebuah kapal yang bergerak, namun karena disamarkan demikian baiknya maka yang terlihat adalah pulau seperti pada umumnya.

Itulah kapal bajak laut yang selama ini meneror laut-laut di Hindia Timur Belanda, terutama meneror kapal perang dan kapal dagang milik Gubernemen Hindia Belanda dan Angkatan Laut Belanda sejak awal tahun 1850an. Bentuknya seperti pulau namun itu bukanlah pulau melainkan kapal perang yang dimodifikasi dan disamarkan menjadi sebuah pulau yang bergerak sehingga sering mengecoh musuh-musuhnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun