Mohon tunggu...
Rizky Purwantoro S
Rizky Purwantoro S Mohon Tunggu... Lainnya - pegawai biasa

Membaca, mengkhayal dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Volkerwanderung Terakhir Seri 1, Kemunculan Horde

30 Oktober 2022   12:55 Diperbarui: 30 Oktober 2022   13:00 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada tahun 1300an, pada waktu terbenamnya abad kejayaan bangsa Mongol. Terbitlah di ufuk kejauhan akan bangsa lain yang kelak menciptakan kiamat kecil sebagaimana yang sebelum ini pernah dilakukan oleh para nomaden selama berabad-abad sejak awal peradaban umat manusia, mungkin inilah yang dapat disebut sebagai Volkerwanderung terakhir.

Jika pada volkerwanderung sebelumnya berturut-turut gelombang migrasi manusia datang dari arah sekitar Laut Hitam dan Laut Kaspia, kemudian bergeser sumber datangnya secara perlahan-lahan ke arah Asia Tengah dan akhirnya datang dari arah dataran Mongolia. Gelombang migrasi ini mungkin lebih dirasakan menjadi sebuah momok mengerikan bagi peradaban menetap yang bertetangga dengan kaum nomaden ini, karena dampaknya luar biasa hingga tercatat didalam banyak literasi sejarah dari Cina sampai dengan Eropa sebagai suatu kiamat kecil dalam sejarah umat manusia.

Sekarang ditahun 1300an disaat banyak masyarakat menetap yang mengira akan berhentinya migrasi kaum nomaden ini sejak keruntuhan bangsa Mongol yang dianggap sebagai badai besar penunggang kuda yang terakhir. Akan tetapi justru tanpa diduga bangsa-bangsa lain munculah kembali badai besar penunggang kuda tersebut dan mereka berasal dari tempat yang lebih jauh di timur laut dari Mongolia sana.

Lokasi kemunculan mereka lebih tepatnya berasal dari ujung Siberia sana, dari gelapnya hutan Taiga dibagian paling timurnya. Mereka berbeda dari kaum nomaden penunggang kuda sebelumnya karena mereka sepertinya sudah tidak benar-benar lagi nomaden melainkan sudah mendirikan peradaban menetapnya sendiri berdasarkan struktur negara militer layaknya Prusia pada 300 tahun lagi.

Namun mereka karena mungkin berasal dari bangsa nomaden penunggang kuda menjadikan tidak menghilangkan sama sekali ciri khas bangsa 'centaur'. Kuda tetap merupakan bagian tidak terpisahkan dari kehidupan mereka, bahkan domestikasi kuda diadakan lebih terorganisir dan modern sehingga melahirkan banyak galur dan rumpun kuda baru yang lebih baik dan kuat untuk dijadikan tunggangan perang dibandingkan kuda-kuda lain pada umumnya masa itu.

Tidak hanya domestikasi kuda, bangsa ini pun membuat beberapa evolusi lain dalam bidang persenjataan. Senjata api yang pada waktu itu sebenarnya sudah beberapa kali digunakan dalam beberapa medan tempur seperti di Cina, Timur Tengah, dan Eropa dan semakin massif sejak zaman penaklukan bangsa Mongol kemudian dimodifikasi lebih canggih oleh bangsa ini. Pengisian bubuk mesiu dan pelurunya tidak lagi dimasukkan dari arah depan laras senjatanya melainkan sudah dapat diisi dari belakang senjata dan ini menjadi lebih praktis dan cepat bagi setiap penggunanya, termasuk yang lagi menunggang kuda.

Jika selama ini berabad-abad para penunggang sangat legendaris dan terkenal sebagai pemanah berkuda, memanah dengan presisi tinggi sambal tetap menunggang kuda yang lagi berlari cepat merupakan keahlian yang sangat dikagumi oleh bangsa-bangsa lain yang menjadi tetangga sekaligus terkadang menjadi mangsa mereka. Maka pada bangsa yang kelak akan menjadi volkerwanderung terakhir ini merubah sedikit yaitu tetap menggunakan busur dan panah sebagai senjatanya dalam menunggang kuda, hanya saja berbedanya bukan lagi menjadi senjata utama karena senjata utamanya sudah menggunakan senjata api yang pengisiannya dari bagian belakang senjata itu.

Dengan mekombinasikan senjata api dan busur panah dalam menunggang kuda membuat efek mematikan dalam setiap pertempuran menjadi lebih mematikan daripada sebelumnya karena dengan senjata api maka jarak jangkauan tertentu menjadi lebih baik. Ditambah dengan senjata api membuatnya lebih kuat dibandingkan panah untuk menembus baju zirah yang umum dipakai pada masa itu.

Selain itu adalagi evolusi senjata yang dimiliki mereka yaitu keberadaan meriam, namun ini bukanlah meriam besar dan berat sebagaimana yang pernah digunakan pada saat pengepungan Konstantinopel pada tahun 1453 kelak. Meriam ini jauh lebih ringan dan tidak mengurangi kecepatan mobilitas atau pergerakan pasukan pada saat melakukan operasi pertempuran, ditambah lagi meriam ini tidaklah cepat panas sehingga membuat harus menunggu lama untuk diisi kembali dan tidak terlalu berisiko meledak sendiri.

Tapi walaupun lebih kecil, ukuran kecilnya tersebut tidaklah mengurangi kedahsyatan yang dapat ditimbulkan dari daya ledak yang telah menghantam sasaran dari meriam itu. Kerusakan yang ditimbulkan dari hantaman peluru meriam tersebut tidak kalah dari meriam-meriam pada masa itu, bahkan tidak kalah dari meriam yang pernah dibuat oleh insinyur Orban pada kira-kira seratus tahun kemudian.

Lalu yang tidak kalah penting adalah pengorganisasian militer dari bangsa ini sepertinya sudah jauh lebih modern daripada zamannya. Ya pengorganisasiannya mirip militer Prusia dimana setiap bangsawan akan menjadi perwira tinggi dan sang Khan atau raja mereka akan hidup sederhana dan disiplin layaknya dibarak-barak militer dan tidak lagi hidup didalam istana mewah yang menghamburkan banyak pengeluaran negara.

Berkat itu semua diatas menjadikan bangsa ini seperti sebuah mesin militer efisien yang siap untuk memporak-porandakan bangsa-bangsa lainnya pada waktu itu. Namun ternyata tidak berhenti disitu saja faktor-faktor yang menyebabkan kengerian atas bangsa ini, bangsa ini memiliki beberapa 'senjata pamungkas' yang selalu siap dikeluarkan pada saat mereka butuhkan, salah satunya adalah keberadaan para naga.

Ya naga, tidak salah lagi mahluk yang dimaksud ini seperti yang pernah ada dongeng-dongeng dari leluhur kita. Mahluk besar, bersisik, dan bersayap yang membuat sosoknya menjadi sangat menakutkan bagi mereka yang baru membayangkannya saja, belum bertemu secara langsung.

Dan yang paling menghancurkan adalah semburan apinya yang mampu meluluhlantakkan kota-kota yang mereka serang. Cukup tiga sampai empat ekor naga saja sudah mampu membakar seisi kota yang ukurannya cukup besar, dan kabar buruknya adalah bangsa ini diperkirakan memiliki berpuluh-puluh naga yang siap untuk membantu setiap saat semua ekspansi yang akan mereka laksanakan.

Konon bangsa ini mendapatkan keberuntungan karena tinggal dilokasi yang pernah menjadi sarang naga yang tersisa berjuta-juta tahun yang lalu. Awalnya para perintis yang membuka kota-kota mereka menemukan 'tambang' tidak ternilai berupa banyaknya telur-telur naga pada beberapa lembah yang dulu pernah menjadi sarang favorit para naga berkembang biak.

Tidak lama kemudian mereka lalu secara bertahap mempelajari dari berbagai kitab-kitab kuno bagaimana caranya mengembak-biakan telur-telur naga tersebut. Hingga setelah menetas dari telur, lahirlah bayi-bayi naga yang berkembang biak dengan baik berkat ilmu-ilmu dari kitab kuno yang juga memberikan mereka ilmu cara untuk menjinakkan dan melatih para naga yang awalnya liar agar bisa diandalkan dalam bertempur dimedan peperangan.

Itulah salah satu senjata pamungkas bangsa ini, dan dari sanalah bangsa ini mendapatkan julukannya yaitu Dragon Horde, yang mengikuti panggilan dari Gerombolan Emas sebelumnya atau Golden Horde dari bangsa Mongol keturunan Khan Agung yang pernah berkuasa di tanah Rusia dan Eropa Timur pada waktu hampir bersamaan.

Maka pada tahun 1300an itupun Dragon Horde memulai serangkaian usaha penaklukannya, yang dimulai dari salah satu tetangga terdekat mereka yaitu bangsa Tungus dan bangsa yang merupakan keturunan penakluk sebelumnya, Mongolia. Perlawanan cukup sengit diberikan baik oleh bangsa Tungus yang kelak akan mendirikan Dinasti Qing atau Manchu didataran Tiongkok dan juga oleh bangsa Mongolia yang masih menyisakan darah-darah pejuang diantara para prajurit mereka.

Akan tetapi karena begitu terorganisirnya pasukan Dragon Horde akhirnya dapat mengatasi perlawanan kedua bangsa ini. Dan satu catatan pentingnya adalah belum satupun diterjunkannya senjata pamungkas mereka karena memang sengaja masih dirahasiakan terlebih dahulu sebelum bertemu imperium besar yang suatu saat nanti akan mereka hadapi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun