Mohon tunggu...
Rizky Purwantoro S
Rizky Purwantoro S Mohon Tunggu... Lainnya - pegawai biasa

Membaca, mengkhayal dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kerambit dan Badik, Senjata yang Ideal untuk Menjadi Senjata Pasukan Elit Indonesia

26 Oktober 2022   17:30 Diperbarui: 26 Oktober 2022   17:37 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kalau saya lewat didepan tugu Kopassus yang berada didalam komplek militer Cijantung maka kadangkala saya sempat berpikir seandainya tugu tersebut bukanlah berupa pisau komando melainkan berupa pisau tradisional seperti kerambit atau badik misalnya. 

Bukankah nenek moyang kita tidak kalah hebat dalam menciptakan senjata dibandingkan bangsa lain, lalu mengapa kita sebagai penerus mereka tidak melestarikan dan jika perlu mengangkatnya sebagai kebanggan kita dan itu salah satunya bisa dengan menjadikan salah satu senjata tradisional tersebut sebagai pisau khas pasukan elit negeri ini.

Konon militer Amerika Serikat sudah mau memanfaatkan pisau kerambit sebagai senjata pasukan mereka dan itu sudah menjadi pengakuan mereka atas keampuhan suatu jenis senjata bernama kerambit itu. 

Sayangnya jika ditanyakan kepada militer kita, ada yang menganggap kalau senjata kerambit tersebut cukup hanya sebagai senjata tersembunyi yang sifatnya pribadi saja dan bahkan ada juga yang memandang apabila kerambit itu kurang praktis dan efisien dipergunakan dalam kegiatan survival yang biasa dilakukan oleh tentara.

Disini saya coba mengangkat dua senjata khas bangsa Indonesia, yaitu kerambit dan badik, mengapa? Karena keduanya adalah tipe senjata berbentuk belati yang sebenarnya juga sangat praktis dibawa kemana-mana dan juga mudah disembunyikan oleh para penggunanya tanpa mudah diketahui oleh orang lain. 

Mengenai kepraktisannya dalam kegiatan survival, mungkin dapat dimodifikasi sedikit kedua senjata itu agar sesuai dengan kebutuhan survival tanpa mengurangi bentuk mendasar dari kekhasan senjata tersebut.

Sebenarnya dengan memanfaatkan senjata tradisional yang menjadi warisan pendahulu kita itu menjadikan mau tidak mau membuat tentara Indonesia harus melatih diri mereka dengan gerakan-gerakan beladiri pencak silat yang memang diadaptasi untuk mempergunakan kerambit dan badik. 

Pada saat ini memang beladiri wajib militer negeri kita ini cenderung mengikuti beladiri dari luar, bahkan beberapa waktu yang lalu Yong Moo do yang merupakan beladiri dari Korea Selatan mulai diwajibkan terhadap segenap personil angkatan daratnya.

Jika itu yang terjadi apakah berarti beladiri kita kalah kualitasnya daripada beladiri luar negeri? Sehingga perlu repot-repot mengimpor beladiri asing agar dapat diwajibkan terhadap para prajurit pembela negeri ini? 

Mungkin ini perlu dibahas dilain tulisan, namun wacana tersebut tidak ada salahnya diangkat terus agar suatu saat para petinggi militer negeri ini dapat mempertimbangkannya.

Kembali kepada kerambit dan badik, keduanya unik dalam penggegamannya. Yang satu seperti kuku macan atau elang sedangkan yang satu mirip seperti pistol. Keduanya sudah pasti sangat mematikan apalagi jika dipakai oleh mereka yang sudah sangat terlatih dan berpengalaman.

Jangan sampai suatu saat kelak justru para prajurit negara lain seperti Amerika Serikatlah yang lebih dikenal sebagai maestro pengguna kerambit didunia ini. 

Dan tidak menutup kemungkinan mereka dapat lebih mumpuni dan jago memainkannya, dan berkat modifikasi yang berhasil dilakukan akhirnya mereka dapat membuat kerambit yang tidak hanya cocok untuk bertempur tetapi juga dapat digunakan sebagai alat survival di alam bebas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun