Jika saja saya seorang bangsawan yang hidup di zaman kolonial Belanda, maka ada beberapa hal yang akan saya lakukan. Mengapa harus bangsawan dan bukan rakyat jelata? Ini dikarenakan beberapa hal yang akan saya lakukan ini merupakan pekerjaan yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan hampir tidak mungkin untuk digarap oleh rakyat jelata. Dan satu lagi mengapa harus zaman kolonial? Ini juga disebabkan pada masa itu perkembangan ilmu pengetahuan dan ketersediaan fasilitas dan sarana pendukung lainnya sudah relatif lebih lengkap daripada zaman sebelumnya di era kerajaan.
Beberapa hal tersebut yang pertama adalah mendirikan kebun binatang. Dalam kenyataannya di Indonesia kebun binatang yang kira-kira pertama kali didirikan itu salah satunya ada di kebun binatang Cikini yang kemudian berpindah ke Ragunan. Konon sebelum itu kebun binatang sebenarnya sudah eksis hanya saja konsepnya bukanlah seperti sekarang yang dibuka untuk umum karena memang tujuan keberadaannya adalah untuk edukasi dan mengenalkan jenis-jenis hewan kepada masyarakat, selain itu juga bisa buat penelitian dengan bekerja sama dengan lembaga penelitian dan perguruan tinggi.
Namun pada masa lalu kebun binatang cenderung lebih bersifat privasi alias hewan-hewannya hanya untuk koleksi si pemilik kebun binatang, dan itu hanya bisa dilihat oleh kalangan terbatas saja, seperti sesama orang kaya saja. Terkadang hewan-hewan eksotis di kebun binatang pada masa itu dapat dianggap sebagai sebuah prestise bagi pemiliknya yang memang berniat memamerkannya kepada para koleganya.
Maka dari itu andaikata saya menjadi seorang bangsawan pada masa kolonial, tentu saja bukan bangsawan kere yang hampir bangkrut jadi tidak punya modal sama sekali. Saya akan membangun kebun binatang yang konsepnya mengikuti konsep modern yang ada saat ini, niat ini agar masyarakat dapat teredukasi akan keberadaan hewan-hewan liar yang patut dilestarikan dan mencegah kepunahan beberapa hewan yang zaman modern ini sudah tinggal cerita saja.
Kebun binatang itu mungkin tidak akan selengkap kebun binatang konvensional modern saat sekarang, karena belum modernnya sarana pengangkutan hewan dari tempat yang jauh ditambah belum adanya jaringan antar kebun binatang di seluruh dunia sehingga mereka bisa bertukar hewan yang dimiliki masing-masing. Jadi hanya hewan-hewan tertentu saja, terutama seperti harimau jawa (panthera tigris sondaica) dan badak bercula kecil (rhinoceros sundaicus) karena yang satu sudah dinyatakan punah dan yang satu lagi sudah diambang kepunahan. Dengan keberadaan hewan-hewan tadi diharapkan dapat mensosialisasikan kepada masyarakat bahwa hewan-hewan tersebut bukanlah monster yang boleh dimusnahkan begitu saja dan mereka juga berhak hidup seperti layaknya manusia juga. Minimal penangkaran dapat mengurangi kemungkinan kepunahan hewan-hewannya seandainya target edukasi kepada masyarakat itu kurang berhasil sesuai yang diharapkan.
Lalu kebun binatang itu juga karena anggarannya pasti tidaklah sebesar anggaran pemerintah suatu negara yang mempunyai pemasukan tetap maka luasnya pasti tidak mungkin seluas kebun binatang modern saat ini. Akan tetapi setidaknya dengan luas seadanya yang penting ada poin penting yang mesti terpenuhi yaitu tidak terlalu sempit sehingga berpotensi membuat psikologi hewan-hewannya menjadi stress atau semacamnya dan poin kedua adalah lokasinya yang tidak terlalu jauh dari pemukiman penduduk supaya mereka dapat lebih mudah untuk mengaksesnya, terlebih pada saat itu sarana trasportasi belumlah selengkap dan secanggih sekarang.
Satu lagi yang akan saya lakukan jikalau menjadi bangsawan di masa kolonial adalah mendirikan museum? Karena ingin menyelamatkan begitu banyaknya artefak-artefak bersejarah dan manuskrip-manuskrip kuno yang menjadi peninggalan nenek moyang kita dan menjadi bukti kemajuan yang telah dicapai oleh mereka pada masa itu.
Mengapa harus diselamatkan? Karena hampir sebagian benda-benda peninggalan nenek moyang kita tersebut telah berada di tangan negara lain, sudah ada di museum-museum yang berada di negara-negara Eropa sana. Sebabnya adalah banyaknya benda-benda tersebut begitu ditemukan pada masa itu lalu tidak lama kemudian dibawa dengan alasan untuk penelitian atau kadang hanya dijadikan koleksi orang-orang kaya disana.
Karena pada masa itu belum ada pemerintah Indonesia maka tidak dapat mencegah dibawanya benda-benda tak ternilai tersebut ke Eropa yang kemudian diklaim menjadi milik mereka. Dan ironisnya pada bangsa ini ingin mendapatkan benda-benda bersejarah dimaksud justru menghadapi kesulitan karena para pemiliknya sekarang tidak mau begitu saja mengembalikan dan menyerahkan kepada kita dengan alasan sudah mengeluarkan banyak biaya untuk penelitian, akomodasi pengangkutannya, dan perawatannya.
Oleh karena itu jika saya menjadi bangsawan pada masa kolonial, maka saya akan mendirikan museum yang menyimpan benda-benda peninggalan bersejarah yang kiranya dapat dirawat dengan baik di museum tersebut. Museum-museum seperti halnya kebun binatang sebelumnya tentu memiliki misi edukasi kepada masyarakat agar mereka juga mengetahui sejarah nenek moyangnya dan mengurangi rasa minder terhadap orang-orang Eropa yang pada masa itu memang cenderung merendahkan penduduk pribumi.
Dengan kesadaran bahwa penduduk pribumi itu memiliki nenek moyang yang tidak kalah hebatnya dengan bangsa-bangsa Eropa setidaknya dapat mengangkat kebanggaan penduduk pribumi sebelum akhirnya dapat menumbuhkan benih-benih perasaan nasionalis kedepannya. Selain itu keberaadaan museum buatan bangsawan pribumi sendiri diharapkan dapat mengurangi banyaknya benda-benda bersejarah milik nenek moyang kita, mengurangi tetapi tidak dapat mencegah sama sekali karena keterbatasan pengaruh yang dimiliki oleh bangsawan pribumi manapun saat itu apalagi pemerintah kolonial Hindia Timur tidak terlalu menggubris terjadinya pencurian dan penyelundupan benda-benda bersejarah milik masyarakat jajahannya ke benua Eropa.