Indonesia baru saja melewati masa pandemi yang diakibatkan virus Covid 19, pandemi itu berjalan cukup lama sekitar 3 tahun sejak kemunculannya pertama kali di negeri yang diperkirakan masuk pada awal tahun 2020 sampai dengan saat ini yang dianggap sudah mereda. Dampak pandemi cukup banyak, termasuk dampaknya terhadap perkembangan kesehatan anak-anak Indonesia.
Hal ini terjadi karena dengan merebaknya virus Covid 19 menimbulkan kekawatiran bagi para orang tua untuk membawa anak-anak mereka ke tempat umum, terutama tempat seperti rumah sakit karena menganggap bahwa rumah sakit menjadi tempat banyak orang sakit termasuk mereka yang divonis positif terkena virus Covid 19. Karena keengganan orang tua itulah yang kemudian membuat anak-anak mereka pada akhirnya tidak jadi diimunisasi dan juga menjadi kurang diperiksa perkembangan tumbuh kembang si anak, bahkan minimal hanya mengecek kesehatannya saja sudah terlalu kawatir.
Karena kurang memantau perkembangan si anak akibatnya adalah kita jadi tidak mengetahui sudah sampai tahapan apa anak kita, apakah misalnya balita yang semestinya sudah memiliki berat ideal sekian dan sudah harus dapat melakukan beberapa gerak motorik ternyata karena ketidaktahuan kita menyebabkan informasi itu luput semua dari kita.Â
Dan anak-anak pun tidak menutup kemungkinan ternyata lambat pertumbuhannya tapi para orang tua membiarkannya begitu saja, bukan karena tidak peduli melainkan karena tidak mengetahui informasi yang dibutuhkannya.
Kondisi seperti ini berpotensi dapat berulang lagi jika terjadi penyebaran penyakit yang dianggap mengkawatirkan oleh para orang tua. Dimana saat ini sedang ramai-ramainya kasus Gagal Ginjal Akut pada anak yang berita terbarunya sudah mencapai angka 192 korban anak yang diduga terkena Gagal Ginjal Akut pada 20 provinsi di seluruh Indonesia.Â
Karena adanya berita seperti itu maka setiap orang tua pasti tidak ada yang mau anak-anaknya terkena penyakit gangguan ginjal ini, berdasarkan kekawatiran itu tentu dapat mendorong para orang tua seperti yang terjadi pada masa pandemi yaitu takut untuk mengecek anak-anaknya ke rumah sakit.
Ada lagi yang mungkin saja dilakukan oleh para orang tua menyikapi berita maraknya kasus Gagal Ginjal Akut ini, yaitu mereka akan menjadi ragu-ragu untuk memberikan vitamin yang selama ini memang dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak.Â
Setiap anak pastinya membutuhkan asupan gizi yang lengkap untuk menunjuang perkembangannya, idealnya jika bisa diberikan lewat makanan alami pemenuhan gizinya maka itu sudah cukup, lebih menyehatkan, dan lebih kecil risikonya terhadap kesehatan.
Akan tetapi kondisinya tidak melulu bisa seperti itu karena tidak semua anak mau makan apa saja yang diberikan oleh orang tuanya sehingga menjadi anak yang pemilih makanan, selain itu makanan yang diberikan pun tidak selamanya dapat lengkap sempurna sesuai gizi yang idela buat anak.Â
Terkadang makanan yang dapat diberikan seadanya karena ketidakmampuan orang tua untuk membeli bahan makanan yang bisa jadi kelewat mahal dan bahkan makanan yang ada sekalipun kandungan gizinya terkadang menurun setelah melewati proses masak dan sebagainya.
Dari sana kita dapat mencermati mengenai risiko jika kasus Gagal Ginjal Akut pada anak ini berkembang lama dan tidak segera dicari cara penanganannya. Disini dampaknya lebih komplek, terutama kepada tumbuh kembang anak-anak kita, bukankah Angka Kejadian Stunting di Indonesia sudah cukup tinggi dan dengan adanya kejadian kasus ini berpotensi meningkatkan angka kejadian stunting karena asupan gizi yang dibutuhkan anak-anak tidak tercapai.Â
Jika anak-anak Indonesia banyak yang kekurangan gizi apalagi sampai terkena stunting sungguh sangat ironis karena masa depan bangsa Indonesia itu berada di tangan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H