Mohon tunggu...
Rizky Purwantoro S
Rizky Purwantoro S Mohon Tunggu... Lainnya - pegawai biasa

Membaca, mengkhayal dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Maulid Nabi Muhammad SAW, Momentum untuk Persatuan Umat

10 Oktober 2022   09:59 Diperbarui: 10 Oktober 2022   10:01 996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar dari background.d

Setiap tanggal 12 Rabiul Awal sebagian umat Islam merayakannya sebagai kelahiran Nabi Muhammad SAW. Perayaan ini diperkirakan baru dimulai sejak diperingatinya pada masa kepemimpinan Sultan Salahudin Al Ayubi dengan alasan untuk meningkatkan semangat umat Islam pada waktu itu dalam meneladani sosok Nabi Muhammad SAW, terlebih pada saat itu umat Islam butuh sosok pemersatu yang dapat menguatkan keimanan seluruh umat pada saat mereka banyak mendapatkan cobaan dan sedang mengalami keadaan yang terpecah belah.

Memang seperti yang disebutkan diatas bahwa perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW ini bukan dimulai sejak awal kelahiran umat Islam, yaitu pada masa awal tahun hijriah. Hal inilah yang menyebabkan tidak ada kesepakatan para ulama dalam membolehkan adanya perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW yang kemudian dikenal dengan nama Maulid Nabi.

Sebenarnya baik yang merayakan maupun yang tidak merayakan memiliki argumentasinya sendiri, yang tidak ingin merayakan beralasan karena mereka ingin tetap menjaga kemurnian agama Islam seperti yang pernah diajarkan dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dan sahabatnya pada masa dahulu. 

Sedangkan bagi yang memilih untuk merayakannya menganggap bahwa dengan selalu mengenang hari kelahiran sang nabi dapat menimbulkan perasaan cinta dan keinginan untuk meneladani kepada beliau menjadi lebih kuat daripada sebelumnya.

Terlepas dari perbedaan itu semua, sosok Nabi Muhammad SAW tentu saja tetap menjadi sosok yang tidak pernah lekang oleh zaman untuk dapat diikuti semua perbuatan dan ucapannya. Banyak peran yang beliau lakoni seperti menjadi seorang pemimpin politik, pedagang, dan seorang ayah yang hebat untuk anak-anaknya.

Kepedulian beliau terhadap umatnya begitu tinggi, bahkan pada saat maut akan menjemput saja masih memikirkan bagaimana kondisi umatnya sepeninggal beliau sudah tidak hadir lagi ditengah-tengah mereka. 

Sepatutnya kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW yang merupakan umat akhir zaman untuk selalu mengambil ketauladanan beliau, walaupun banyak perbedaan di antara umat Islam ini sebaiknya tidak mengurangi semangat kita untuk mencontoh beliau.

Persatuan mungkin suatu hal yang hampir tidak mungkin untuk diterapkan didalam tubuh umat Islam. Namun setidaknya dengan selalu mengenang Nabi Muhammad SAW tidak menjadikan perpecahan yang ada semakin melebar, cara dan metode mengenang tidaklah harus sama pada setiap umat Islam.

Pendewasaan umat Islam perlu banyak dibiasakan ditengah-tengah mereka, salah satunya dengan saling menghormati perbedaan pendapat yang sudah ada selama ini. 

Bukankah dengan saling menghormati perbedaan dapat berdampak dengan mengalirnya konsentrasi umat Islam kepada hal-hal lain yang mungkin dapat memajukan umat Islam ini, karena minimnya konflik dapat mengurangi energi-energi yang selama ini tersalurkan kepada perdebatan yang hampir tidak ada habisnya mengarah kepada pembangunan umat yang lebih bermanfaat untuk mereka sendiri.

Bahkan sebenarnya bisa jadi perbedaan ini tidak akan pernah hilang sepanjang masa, hingga akhir zaman. Seandainya ingin mendapatkan titik temu sebaiknya tetap mengedepankan prinsip saling menghormati bukan perasaan ingin menang sendiri atau merasa paling benarlah yang dikedepankan. 

Jika terwujud diskusi-diskusi yang dilakukan oleh para ulama dengan tetap memegang prinsip saling menghormati akan menciptakan keadaan yang kondusif bagi umat, meminimalisir konflik horizontal di masyarakat. 

Nah disinilah peran para ulama sangatlah penting, mereka ibarat penerus Nabi Muhammad SAW, mereka menjadi pemimpin yang ucapannya akan sangat berpengaruh bagi umat Islam.

Di tengah banyaknya permasalahan saat ini yang sedang merudung umat Islam dan bangsa Indonesia, kita tetap harus memegang keoptimisan bahwa kedepannya perbedaan pendapat seperti masalah perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW justru dapat menjadi bahan yang membangun pemikiran yang lebih positif untuk adanya perasaan saling menghargai. 

Bukankah nabi sendiri pasti akan sangat sedih apabila mengetahui terjadi perpecahan di kalangan umat Islam disebabkan perbedaan pendapat atas perayaan kelahirannya beliau.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun