Akan tetapi pembudidayaan tanaman sagu tetap menjanjikan di tengah kekawatiran krisis pangan yang dapat melanda dunia pada masa yang akan dating. Diversifikasi pangan Indonesia harus ada akselerasi agar jangan sampai sebagian besar hanya tergantung pada sumber pangan nasi saja. Dengan pembudidayan tanaman sagu juga memiliki dimensi ekologisnya yang dapat menstimulus terciptanya lingkungan hidup yang lebih baik untuk ditinggali oleh manusia ke depannya.
Karena kelebihan yang dipunyai tanaman sagu yang dapat menyesuaikan dengan vegetasinya maka cocok untuk dibudidayakan didalam Food Estate. Food Estate diharapkan dalam jangka panjang menjadi program pemerintah untuk mewujudkan ketahanan pangan negeri ini, program ini harus dapat berjalan berkesinambungan dengan ekosistem dan kelestarian lingkungan. Seandainya tercipta Food Estate yang seperti itu tentu saja masyarakat sendiri, terutama yang tinggal di sekitar lahan Food Estate yang akan merasakan dampaknya. Dengan tidak adanya pembukaan hutan karena tanaman sagu memang tidak memerlukan itu, membuat kita tidak berisiko kekurangan oksigen dan terhindar dari terjadinya longsor dan banjir.
Food Estate sebaiknya memiliki dua sisi keuntungan, selain menargetkan untuk terciptanya swasembada pangan berkelanjutan, Food Estate juga berpotensi untuk dapat menjadi paru-paru hijau dan keberadaannya tidak terlalu mengganggu ekosistem tumbuhan dan hewan yang hidup di daerah itu. Dan tanaman sagu bisa jadi menjadi jawabannya sebagai salah satu tanaman sumber pangan yang dapat bersinergi dengan ekosistem di sekitarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H