Mohon tunggu...
Muhammad Arifin
Muhammad Arifin Mohon Tunggu... -

Karyawan swasta yang punya perhatian di bidang dakwah, pendidikan dan sosial

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Para Roker Kembali Dibuat Geram

5 Februari 2014   12:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:08 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Roker adalah sebutan komunitas warga yang menggunakan kereta api/KRL sebagai alat transportasi massal di Ibukota. Roker (Rombongan Kereta) sudah menjadi komunitas yang melekat erat pada orang-orang pecinta kereta api khususnya di Jakarta.

Hari ini, para roker kembali dibuat tak berdaya, dibuat marah, dibuat geram dan dibuat kesal. Bagaimana tidak, untuk kesekiankalinya KRL atau commuter line yang menjadi alat transportasi andalan selama ini lagi-lagi tak bisa membantunya dalam perjalanan ke tempat tujuan, bahkan tak sedikit yang terpaksa pulang lagi dan mengurungkan niatnya untuk pergi ke kantor. Kejadian seperti ini sudah lebih dari 100 kali mungkin, apalagi setiap musim hujan hampir setiap minggu ada saja masalahnya. Mulai dari masalah persinyalan, kerusakan teknis, kebajiran stasiun hingga longsor yang mengakibatkan tersendatnya bahkan terhentinya perjalanan KRL. Sampai kapan hal ini akan terus terulang? sampai kapan masalah transportasi di DKI menyenangkan warganya?

Kalau kereta api saja yang merupakan salah satu alat transportasi yang bisa diandalkan selama ini sering ada masalah bagaimana dengan alat transportasi massal lainnya? sungguh memprihatinkan, Jakarta oh Jakarta riwayatmu kini!

Wahai para pemimpin perlu engkau ketahui bahwa kebutuhan warga Ibukota dan sekitarnya saat ini tentang transportasi adalah tersedianya alat transportasi massal yang membutuhkan kecepatan dan ketepatan waktu. Tidak lagi membutuhkan kenyamanan dan keamanan, karena itu nomer sekian. Yang terpenting bisa cepat sampai tujuan dan tepat waktu, hanya itu. Karena bus, metromini atau kopaja sudah lama tidak berguna, Trans Jakarta sudah tidak efektif karena jalur busway terpaksa diterobos oleh bikers dan kendaraan lainnya. Kereta Api yang menjadi harapan tinggal menunggu waktu saja jika kondisinya terus begini.

Monorail atau MRT masih jauh dari harapan, jangan-jangan alat trasportasi jenis ini nantinya hanya dijadikan keren-kerenan saja, aksesoris kota Megapolitan, gengsi dengan kota besar di negara lainnya. Karena selain mahal, juga jalurnya tidak bisa menjangkau semua akses jalan dan tujuan.

Karena itu wahai para pemimpin tolong perhatikan nasib rakyatmu ini, khususnya nasib para pekerja yang tinggal di luar Jakarta seperti Bogor, Depok, Bekasi dan Tangerang. Mungkin lebih dari 50% pekerja kantoran di Jakarta adalah orang-orang yang tinggal di pinggiran Jakarta. Kita bisa perhatikan dari traffic lalu lintas setiap jam kantor baik pagi atau sore. Perjalanan di setiap akses jalan menuju pusat kota baik pagi dan sore selalu padat, macet dan ruwet. Namun sebaliknya arah yang berlawanan relatif lancar dan lengang. Masih tegakah engkau melihat para ibu hamil yang tergenjet di gerbong kereta, para wanita yang tak ternilai di setiap himpitan para penumpang lainnya, bahkan hingga pingsan? Melalui pengeras suara hanya terdengar kata "maaf atas ketidaknyamanannya ini". Gampang sekali kata maaf terucap, sampai koruptor pun hanya perlu kata maaf. Wahai para pemimpin, semoga kesadaranmu terketuk kali ini! *[M.Arifin/Ayahanif]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun