Di sebuah kabupaten di daerah Jawa Timur kabarnya juga sama. Kawan-kawan misalnya banyak yang bercerita. Bahkan sebulan sebelumnya tim sukses para caleg sudah mengumpulkan KTP warga sebanyak-banyaknya. Dari KTP itulah mereka mengklaim jumlah pemilih. Dan hanya orang-orang yang mau menyerahkan KTP (tentu yang belum pernah diserahkan ke caleg lain) yang akan diberi amplop dalam serangan fajar yang akan dilangsungkan di hari-hari terakhir menjelang Pemilu.
Fenomena serangan fajar di negara kita tampaknya sudah sangat akut dan sulit teratasi, karena disamping pelaku (calon/caleg) yang untuk bisa menang mereka kadang terpaksa harus melakukannya, para penerima (masyarkat) pun banyak yang menganggapnya sebagai sesuatu yang lumrah bahkan tak jarang sering dinanti.Â
Untuk menghilangkan budaya tersebut tentu perlu dilakukan upaya keras untuk melakukan penyadaran terhadap baik para caleg maupun masyarakat yang biasa menerima. Bahwa itu sesuatu yang tidak baik dan bisa berdampak buruk terhadap hasil pemilu. Bahkan terhadap masa depan bangsa ke depan. Biaya politik yang besar dari para calon atau caleg lah yang ditengarai menjadi alasan bagi mereka untuk melakukan korupsi ketika sudah mendapatkan jabatan yang diperjuangkannya dengan mengeluarkan modal yang besar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H