Mohon tunggu...
Muhammad Asif
Muhammad Asif Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer and reseacher

Dosen dan peneliti. Meminati studi-studi tentang sejarah, manuskrip, serta Islam di Indonesia secara luas.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Gus Mus dan Mbah Moen, Rais 'Am dalam Kerendahan Hati Seorang Ulama

7 Februari 2019   21:11 Diperbarui: 9 Februari 2019   04:24 2827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mbah Moen (kiri) dan Gus Mus (kanan) dalam peringatan Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2018 (Foto: Dokumentasi NU Online)

Mbah Moen atau kyai Maimoen zubair dan Gus Mus sama-sama berlatar belakang pesantren. Mereka berasal dari daerah yang sama, Rembang. Keduanya barangkali kini merupakan tokoh utama di lingkungan pesantren dan masyarakat Nahdliyyin saat ini. Selain berasal dari daerah yang sama, sebetulnya mereka juga berasal dari keluarga yang sama, keluarga pesantren Sarang, Rembang. 

Ibu Gus Mus, Nyai Ma'rufah merupakan putri dari kiai Cholil Harun seorang ulama yang berasal dari keluarga pesantren Sarang. Bahkan sebetulnya bertemu dalam satu jalur silsilah yang sama alias masih saudara. 

Mereka sama-sama berlatar pesantren, meski kemudian Gus Mus juga pernah kuliah, tepatnya di universitas Al- Azhar, Mesir. Gus memulai pendidikannya kepada ayahnya sendiri, kiai Bisri Mustofa, pernah mondok di Lirboyo, Kediri, Jawa Timur dan selanjutnya di Krapyak, Yogyakarta sebelum akhirnya berngkat ke Mesir. 

Gus Mus bersama Gus Dur kemudian banyak aktif di dunia kesustraan dan budaya, di samping tentu saja di NU. Gus Mus juga banyak bersentuhan dengan pengetahuan-pengetahuan modern. Sedangkan mbah Moen bisa dikatakan sebagai seorang santri dan kyai tulen. Sejak kecil belajar di pesantren kepada ayahnya, kiai Zubeir. Kemudian ke Lirboyo, Kediri. 

Pernah juga ke Gresik di bawah asuhan kiai Fakih Mas Kumambang. Mbah Moen juga pernah belajar di Mekkah cukup lama, kepada ulama-ulama tersoroh semisal Sayyid Alwi bin Abbas Al-Maliki, seorang ulama terkemuka dari kalangan mazhab Maliki, syekh Yasin al-Fadani, seorang ulama besar di Mekkah yang berasal dari Padang, Indonesia, dan beberapa ulama berpengaruh di sana.

Mereka terkenal dan berpengaruh di dunianya masing-masing. Gus Mus terkenal sebagai sastrawan, budayawan dan pemikir muslim. Sering menulis di koran dan juga gemar melukis. 

Pembacanya pun lebih banyak berasal dari kalangan santri terpelajar atau santri perkotaan, meski Gus Mus juga mengasuh pondok pesantren. Gus Mus menulis karya-karya dalam bahasa Indonesia, sehingga memungkinkan lebih banyak dibaca oleh masyarakat secara luas. Sedangkan mbah Moen, lebih banyak di pesantren mengajar dan mendidik santri, dan mengisi ceramah ke daerah-daerah. 

Di samping juga mbah Moen aktif di dunia politik. Namun tampaknya aktifitasnya di dunia politik, tak lebih dari upaya untuk memperjuangkan aspirasi umat. Mbah Moen lebih banyak di pesantren. 

Tapi jangan salah, santri mbah Moen berjumlah ribuan, berasal dari berbagai daerah mulai dari Aceh hingga Papua. Tak sedikit dari mereka yang merupakan putra dari kiai-kiai dari pesantren besar yang kemudian juga menjadi pengasuh pesantren dengan ribuan santri. Tidak sedikit pula alumninya yang kelak menjadi mulai lurah hingga bupati, mulai anggota DPR tingkat kabupaten hingga tingkat pusat. 

Tak sedikit pula santri jadi pebisnis sukses, pejabat, akademisi hingga aktifis sosial. Mbah Moen sebetulnya juga sering menulis, karyanya cukup banyak, namun karena mungkin semuanya ditulis berbahasa Arab, jadinya hanya para santri yang mengetahuinya. Di antara karya mbah Moen yang baca dibaca adalah Tarjim Mashyikh al-Ma'hid al-Diniyyah bi Sarang al-Qudam' dan al-'Ulam' al-Mujaddidn yang memabahas tentang pembaharuan yang dilakukan oleh para ulama. 

Gus Mus mungkin lebih terkenal dan lebih dulu muncul mewarnai publik. Sedangkan mbah Moen mungkin lebih belakangan. Setidaknya mungkin baru sekitar 5 tahun belakangan mbah Moen dikenal publik secara luas. Namun jangan salah, di lingkungan pesantren mungkin pengaruh mbah Moen lebih besar. Mbah Moen juga sering dikunjungi oleh para ulama dari berbagai negara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun