Akhir tahun lalu, tepatnya tanggal 27 Desember 2018 saya bersama rekan-rekan, mengikuti pelantikan Dewan Riset Daerah Kabupaten Rembang. Ada beberapa akademisi putra daerah yang ikut serta, mereka semua berkiprah di berbagai kampus di Indonesia. Ada yang di UGM Yogkarta, UNDIP Semarang, IPB Bogor, Unes serta beberapa yang lain berasal dari kampus-kampus di Rembang.Â
Acara di laksanakan di pendopo museum Kartini, di komplek rumah dinas Bupati Rembang. Museum Kartini sendiri dulu merupakan rumah tempat dimana RA Kartini dan keluarganya tinggal. Acara itu dilaksanakan bersamaan dengan pemberian penghargaan pemenang lomba Kreatifitas dan Inovasi Masyarakat yang diselengagarakan oleh Bappeda kabupaten Rembang.Â
Rembang, sebuah kota kecil yang berada di ujung timur bagian utara provinsi Jawa Tengah, dianggap sebagai salah satu daerah yang tingkat kemajuannya masih kalah dibanding daerah-daerah lain.Â
Dewan Riset Daerah (DRD), selain tentu keberadaannya merupakan bagian dari peraturan dari pemerintah pusat, juga diharapkan bisa membantu merumuskan, memberikan masukan kepada pemerintah daerah kabupaten Rembang untuk merumuskan kebijakan-kebijakan yang diharapkan bisa mendorong kemajuan di sana. Namun bukan ini sebetulnya yang ingin saya share, meskipun nanti pada akhirnya mungkin juga bisa dikaitkan.
Selepas acara saya sempat melihat-lihat koleksi museum Kartini, rumah tempat tokoh inspiratif itu tinggal bersama keluarganya cukup lama. Saya sebagai orang yang dilahirkan di Rembang bahkan baru kali ini melihat secara langsung koleksi-koleksi yang ada di museum ini. Â Ada beberapa ruangan di sana dengan berbagai koleksinya.Â
Ada cukup banyak koleksi di sana, mulai dari foto-foto RA Kartini dan suaminya, RM. Djojohadiningrat, foto putranya, RM. Singgih Soesalit yang lahir pada 13 September, 1904, foto RA Kartini bersama saudaranya Kartinah, koleksi buku-buku tentang RA Kartini, catatan-catatan tangan (manuskrip) tulisan RA Kartini.
Surat-surat termasuk di dalamnya surat undangan pernikahannya, batik Lasem dengan beberapa motif kunonya yang sangat khas, mesin jahit yang biasa digunakan RA Kartini, hingga tempat tidur keluarga, peralatan rumah tangga, tempat meracik jamu, silsilah keluarga dan benda-benda peninggalan lainnya. Bangunan dan ruangannya pun tampaknya masih asli seperti sedikala.Â
Gaya arsitektur bangunan dan kesan historisnya masih terasa sangat kental. Bahkan konon, menurut cerita seorang pegawai Litbang Pemda Rembang yang kebetulan menemani, tak jarang terjadi peristiwa-peristiwa mistis di rumah tersebut.Â
Peristiwa itu dikaitkan dengan RA Kartini. Namun satu hal yang paling menarik perhatian saya, sebuah koleksi manuskrip yang disimpan di sebuah kotak kaca. Mungkin ini sangat terkait dengan subjektifitas diri saya yang menggemari studi tentang manuskrip.Â
Apalagi manuskrip itu sebetulnya sudah cukup lama ingin saya cari. Saya ingin mengecek beberapa kajian yang mencoba mengakaitkan antara Islam dengan RA Kartini. Atau setidaknya kaitannya antara seorang ulama besar dari Jawa akhir abad ke 19, kiai Soleh Darat dengan RA Kartini.
RA Kartini, Naskah Tafsir Al-Qur'an dan Gambaran Seorang perempuan Visioner