Mohon tunggu...
Chef Andry Primadi
Chef Andry Primadi Mohon Tunggu... -

manusia biasa, ayah dari Abiyasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Waktu dan Perasaan

10 April 2017   23:43 Diperbarui: 11 April 2017   07:30 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Betapa waktu telah mengajarkan banyak hal kepada saya, betapa seiring waktu, sedikit demi sedikit semoga saya menjadi manusia yang lebih baik, tapi ternyata seiring waktu berjalan juga.... perasaan kehilangan, perasaan hampa, perasaan sendirian, perasaan tidak berguna, perasaan sepi, perasaan bersalah itu tetap datang. Mungkin saya terlalu perasa, terlalu memakai perasaan, tapi mungkin juga karena anda tidak mengalami suatu perceraian.

Rasa rindu karena tidak dapat setiap hari bersama sama menghabiskan waktu dengan darah daging saya sendiri , absen dalam fase tumbuh kembang anak kandung saya, absen dalam proses perkembangan pendidikannya, tidak hadir dalam masa masa bahagianya, masa masa sedihnya, dan masih teramat banyak absen saya selama empat tahun ini dalam tahapan  tahapan penting kehidupan anak saya. Walaupun saya mencoba menyibukan diri dengan pekerjaan, dengan aktifitas diluar jam kerja, dengan hangout atau apapun itu... tetap saja ada satu masa perasaan perasaan itu datang, tampak jelas dalam ingatan bagaimana hal hal indah dahulu terlintas muncul. Sungguh rasa ini sungguh menyiksa.

Dalam kehangatan rumah orang tua di Tasikmalaya, dalam keheningan nun jauh di pelosok Kutai Timur, dalam keramaian dan hingar bingar kehidupan Ibu kota, dari mulai ketika mess di tengah hutan sampai menempati apartment fasilitas kantor di Jakarta, rasa itu selalu menyeruak, tidak lekang oleh waktu. Masih ada satu pertanyaan tersisa, Kenapa bisa terjadi dalam kehidupan saya? Tak pernah terlintas sedikitpun ketika saya melakukan ijab kabul bahwa pernikahan saya akan berakhir di tengah jalan...

Tidak terasa hampir satu tahun, saya diterima bekerja , sehingga saya bisa lagi mengirimkan sebagian rezeki yang saya dapat untuk kebutuhan sekolah dan jajan anak saya yang sekarang sudah mau naik ke kelas empat di salah satu SD IT di Cimahi, masih bisa sedikit sedikit membantu orang tua saya yang sudah memasuki tahun ke empat masa pensun mereka, menabung sedikit sedikit untuk masa masa sulit yang mungkin akan terjadi lagi. 

Sungguh waktu berjalan dan banyak kenikmatan yang saya rasakan, kemudahan rezeki yang Allah berikan di usia saya yang sudah tidak muda lagi, dimana masih ada perusahaan yang mempercayai saya untuk bekerja sementara mencari pekerjaan di zaman sekarang ini tidaklah mudah, pastinya karena tidak lepas dari doa orang tua saya yang tak henti hentinya terpanjatkan karena mereka dengan jelas melihat keterpurukan saya paska perceraian dan tak henti hentinya menyemangati saya.

Dalam perjalanan waktu ketika sendiri menjadi bagian hidup saya, segala macam beban mau tidak mau saya jalani sendiri, demikian juga segala macam kenikmatan yang terjadi. Tidak ada teman berbagi cerita untuk sekedar mendengarkan apalagi memberikan pendapat. Sungguh saya sebetulnya malu untuk berbagi cerita secara verbal tentang perasaan saya, tentang kesendirian saya, tentang masalah pribadi saya kepada teman teman.

Keinginan saya yang selalu saya tuangkan dalam doa doa yang saya panjatkan... Semoga saya diberikan kecukupan rezeki sehingga bisa memenuhi kebutuhan anak, orang tua, adik adik dan orang lain yang membutuhkan serta semoga saya masih bisa merasakan rasanya menjadi orang tua bagi anak saya, bisa mendampingi anak saya dalam segala proses menuju dewasa. Sungguh saya berharap akan datang kesempatan kedua, karena bagaimanapun juga tidak ada yang tidak mungkin bagiNya dalam berkehendak,  Saya gantungkan hanya kepadaNya bukan kepada mahlukNya. Semoga....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun