Mohon tunggu...
Chef Andry Primadi
Chef Andry Primadi Mohon Tunggu... -

manusia biasa, ayah dari Abiyasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Selembar Surat untuk Ananda Tercinta, Malya Abiyasa Maulana Rabbani

2 Mei 2016   14:18 Diperbarui: 2 Mei 2016   14:27 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Abiyasa Anak ku, hal paling baik yang pernah terjadi dalam hidup ayah adalah ketika ananda dilahirkan ke dunia ini nak. Sungguh masih terekam dengan sangat jelas dalam ingatan ayah mengenai semua hal yang pernah kita lakukan berdua, kita lakukan bertiga dengan bunda mu.

 Tapi sepertinya dosa yang pernah ayah perbuat terlampau besar, hingga di muka bumi ini saja ayah sudah mendapatkan suatu kepedihan yang teramat luar biasa... kita tidak dapat bersama sama sebagai keluarga, Kun Fa ya Kun.... segampang itu bagi Allah untuk mencabut segala kebahagiaan, kenikmatan yang ayah rasakan.

Astaghfirullah, dosa yang paling ayah sadari adalah melupakan Nya-tidak mengingat Nya, meninggalkan shalat... terlalu lama ayah meninggalkan shalat, sampai kenikmatan mengingat pun hendak dicabut, ketika suatu saat ayah kembali mencoba ke jalan Nya dengan shalat, ayah lupa tengokan salam pertama itu ke kanan atau ke kiri... astaghfirullah hal adzim, ampuni hamba Yaa Rahman. Apabila ini adalah hukuman karena hamba melupakan Mu untuk waktu yang sangat lama... hamba hanya bisa bersabar, betapa hamba sadar bahwa hamba hanyalah setitik pasir di pantai, tak berarti apa apa... Engkau lah yang MAHA segalanya.

Dosa lain yang teramat gampang ayah lakukan ketika kita masih bersama adalah marah.... Dalam marah betapa gampang keluar kata kata kasar dari mulut ini... betapa ayunan tangan ini beberapa kali hampir tidak bisa ayah kuasai... beberapa kali tangisan ananda pada akhirnya menjadi penyesalan bagi ayah.

Juga Durhaka terhadap kedua orangtua ayah, durhaka terhadap kakek nenek Abi, mengecewakan mereka.... Astaghfirullah, hamba sebagai ayah menyadari tidak ingin hamba sebagai orang tua didurhakai anak, dikecewakan anak hamba... Astaghfirullah, ampuni Hamba ya Allah.

Ooh Nak, betapa ayah merindukan mu, merindukan bunda... merindukan kalian.

Ayah pikir seiring berjalannya waktu, memasuki tahun ketiga ini... ayah akan terbiasa, seperti ketika ayah pindah dan tinggal bersama tante uti dan om guntur kemudian menyadari bahwa ada kereta api yang sering lewat dekat rumah mereka... tapi seiring waktu ayah menjadi terbiasa dan tidak merasakan kereta itu istimewa lagi. Tapi keadaan ini, perasaan ini tetap tidak bisa terbiasa nak...entah kenapa.

Hamba menyesal ya Rabb...

Banyak hal yang ingin ayah ungkapkan.... ayah TERIAKAN.... ayah sesali... ayah tangisi... ayah sadar semuanya tidak akan merubah keadaan, walaupun air mata ini suka datang dengan sendirinya tanpa tertahan..... Doa semata yang dapat ayah andalkan.

Sepertinya ini ada dalam darah ayah, segala yang ayah lakukan selalu berantakan, ayah selalu mengacaukannya. Maaf ayah mengacaukan sisa hidup mu nak... Sabar lah anakku, ayah sedang berusaha melakukan yang terbaik dan ayah berusaha untuk tidak akan mengacaukannya kali ini.

Betapa hamba sangat menginginkan suatu kesempatan kedua.... Betapa hamba tak pernah putus harapan untuk menantikan kesempatan kedua itu.

Hampa nak, hidup ayah sendirian tanpa kalian...seperti malam tanpa cahaya, tanpa alat penerang, gelap, dan membuat ayah selalu ketakutan.

Betul sekali segala firman Allah... salah satunya kenapa perceraian adalah perbuatan halal yang sangat dibenci Allah. Karena Allah maha penyayang.... itulah salah satu kebesaran Nya yang baru akan kita sadari setelah terjadi.

Kenapa penyesalan datang dibelakang? Karena kalau terjadi diawal itu namanya pendaftaran.... Ironis, terhujam tepat ke jantung ayah.

Kuatkan hamba untuk menjalani sisa hidup hamba, Mampukan hamba agar dapat menjaga amanah keagungan yang akan hamba pertanggung jawabkan dunia akhirat... Mudahkan dan Banyakkan rizki hamba, semata mata karena hamba ingin beribadah lebih kepada Mu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun