Gubernur Petahana Basuki Tjahaja Purnama, alias Ahok telah mendeklarasikan untuk maju di Pilkada DKI Jakarta 2017 mendatang lewat jalur independen, yang didukung oleh ‘Teman Ahok’ yang tengah berjuang untuk memperoleh 1 juta KTP warga DKI. Pengumpulan 1 juta KTP ini diperkirakan bisa diperoleh oleh ‘Teman Ahok’, namun akan menghadapi kendalan terbatasnya waktu bagi KPU untuk melakukan verifikasi KTP seperti yang disyaratkan oleh revisi Undang2 Pilkada yang dilakukan oleh para politisi sebagai upaya untuk menjegal pencalonan AHok lewat jalur Independen.
Meskipun ‘Teman Ahok’ sudah bisa mengantisipasi dan menyiapkan rencana “Cuti satu hari”, untuk menjaga asa warga Jakarta yang menhendaki Ahok maju lewat jalur independen, sebagai wujud ke tidak percayaan publik terhadap para elit parpol yang kerapkali menghianati rakyat demi kepentingan parpolnya semata. Hingga saat ini pengumpulan KTP Ahok sudah mencapai angka 976.478.
Dengan adanya angin kuat dari Golkar yang secara bulat akan segera mendukung Ahok, meskipun maju dari jalur independen membuat dukungan Parpol kepada Ahok menjadi semakin kuat dan mencapai 24 kursi di DPRD, yang cukup untuk mengusung Ahok maju lewat jalur parpol.
Ditambah dengan fakta bahwa elektabilitas dan popularitas Ahok menurut hasil survey disebut tidak tertandingi, memaksa PDIP untuk juga tidak mau kehilangan momentum untuk menjagokan Ahok dengan kembali memasangkan Ahok dengan Wakil Gubernur Djarot, dengan persaratan harus lewat jalur parpol.
Manuver terbuka Golkar dan manuver senyap PDIP ini ditambah dengan hambatan verifikasi KTP yang dihadapi ‘Teman Ahok’, bisa saja membuat Ahok galau karena menghadapi 2 pilihan rumit yakni :
1. Tetap bertahan maju lewat jalur independen
Jika pilihan ini yang diambil, maka Ahok memiliki peluang fifty-fifty antara lolos ataupun tidak lolos, namun mendapat dukungan penuh dari kaum muda warga Jakarta yang siap all out untuk melawan parpol dengan konsekuensi melawan semua resiko yang harus dihadapinya. Untuk menjaga asa agar Ahok tetap maju dijalur independen, 'Teman Ahok', harus mengantisipasi hambatan2 dan menemukan solusi yang tepat untuk :
1) Ribetnya verifikasi KTP Ahok berdasarkan sensus
2) Ahok masih membutuhkan dukungan dari DPRD DKI
2. Maju Lewat Parpol
- Ahok punya dua opsi yakni, membuat poros Parpol sendiri, lewat Hanura, Golkar dan Nasdem, dengan konsekuensi harus memilih calon wakil gubernur yang berasal dari Golkar, sebagai pendamping Ahok, atau kembali kepangkuan PDIP dengan kembali berpasangan dengan Djarot sebagai Wakil Gubernur yang sudah terbukti dianggap berhasil membangun Jakarta selama ini.
- Jika opsi ini yang dipilih Ahok, maka terbuka kemungkinan sebagian pendukung “Teman Ahok” akan membuang KTPnya sebagai wujud kekecewaan karena dihianati oleh Ahok yang tidak kosisten dengan sikap awalnya untuk bersama rakyat melawan parpol korup di Pilkada DKI 2017 ini.
Tingkat integritas sosok Ahok lah yang akan menjadi penentu akhir dari semua pilihan yang ada. Memang dilematis adanya, kemanakah akhirnya wajah Ahok akan berpaling, sepenuhnya berada di tangan Ahok sendiri, apakah akan memilih Parpol yang menjamin posisi Gubernur DKI periode kedua, atau Jalur Independen yang memiliki resiko menang hanya 50 persen saja.