Gambar : Catatan orang kota.blogspot.co.id
Alkisah pengalaman seorang pedagang hewan kurban :
Seorang ibu datang memperhatikan dagangan saya. Dilihat dari penampilannya sepertinya tidak akan mampu membeli. Namun tetap saya coba menghampiri dan menawarkan kepadanya, ” Silahkan bu…”, lantas ibu itu menunjuk salah satu kambing termurah sambil bertanya, “Kalau yang itu berapa pak?”. “Yang itu dua juta dua ratus ribu bu,” jawab saya. “Harga pasnya berapa?”, Tanya kembali sang ibu. “dua juta seratus ribu deh, harga segitu untung saya kecil, tapi biarlah….”. “Tapi, uang saya hanya 2 juta, boleh pak?, pintanya. Waduh, saya bingung, karena itu harga modalnya, akhirnya saya berembug dengan teman sampai akhirnya diputuskan diberikan saja dengan harga itu kepada si ibu tersebut.
Ketika pedagang mengantar hewan kurban tersebut sampai kerumahnya, begitu tiba dirumahnya, “Astaghfirullah……, Allahu Akbar,,,,,, terasa menggigil seluruh badan karena melihat keadaan rumah ibu itu. Rupanya sang ibu hanya tinggal bertiga dengan ibu dan puteranya di rumah gubuk berlantai tanah. Dia tidak melihat tempat tidur, kasur, kursi tamu, apalagi perabot mewah atau barang2 elektronik. Yang tampak hanya dipan kayu beralaskan tikar dan bantal lusuh.
Diatas dipan, tertidur seorang nenek tua kurus. “Mak….bangun mak, nih lihat saya bawa apa?”, kata ibu itu pada nenek yang sedang rebahan sampai akhirnya terbangun. “Mak, saya sudah belikan emak kambing buat kurban, nanti kita antar ke Mesjid ya mak….”, kata ibu itu dengan penuh kegembiraan.
Si nenek sangat kaget namun Nampak berbahagia, sambil meng-elus2 kambing dan berucap “ Alhamdulillah, akhirnya kesampaian juga kalo emak mau berqurban”.
“Nih pak, uangnya, maaf kalo tadi aku nawar kemurahan, karena saya hanya tukang cuci di kampung sini, saya sengaja mengumpukan uang untuk beli kambing yang diniatkan buat kurban atas nama ibu saya”, kata ibu itu.
Kaki pedagang gemetar, dengan dada terasa sesak, sambil menetes air mata, berdoa : “Ya Allah, ampuni dosa hamba, hamba malu berhadapan dengan hambaMU yang pasti lebih mulia ini, seorang yang miskin harta namun memiliki kekayaan iman yang luar biasa”. “Pak ini ongkos kendaraannya”, panggil ibu itu. “Sudah bu, biar ongkos kendaraan jadi tanggungan saya”, ujar si pedagang.
Si pedagang cepat pergi sebelum ibu itu tahu kalau matanya sudah basah tak sanggup mendapat teguran dari Allah, yang sudah mempertemukan dengan hambaNYA, yang dengan kesabaran, ketabahan dan penuh keimanan ingin memuliakan orang tuanya.
Sejatinya untuk menjadi mulia itu ternyata tidak perlu harta berlimpah, jabatan tinggi, apalagi kekuasaan, kita bisa belajar keikhlasan dari ibu itu untuk menggapai kemuliaan hidup. Subhanallah!!!
Selamat Idul Adha 1436 Hijriyah. Taqabbalahu minnna wa minkum.
Sumber :
GrupBBM/PagFE70
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H