Mohon tunggu...
Axtea 99
Axtea 99 Mohon Tunggu... lainnya -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kakek tiga cucu : 2K + 1Q

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik gratisan Dana Aspirasi

29 Juni 2015   01:58 Diperbarui: 29 Juni 2015   01:58 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Gambar : Britasatu.com

 

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI pada tanggal 23 Juni 2015 dengan gagahnya telah mengesahkan Usulan Program Pembangunan Daerah Pemilihan (UP2SP) alias Dana Aspirasi yang didukung oleh hampir semua fraksi kecuali PDIP, Partai Nasdem dan Partai Hanura yang menolak dengan alasan mendasar. Dua partai Islam pendukung pemerintah yakni PKB dan PPP selingkuh dengan ikut mendukung usulan proyek pembangunan infrastruktur didaerah pemilihan dengan anggaran Rp. 20 milyar per tahun alias Rp. 11,2 trilyun.

Sejatinya Dana Aspirasi ini hanya merupakan alat bagi para politisi menjadi sinterklas didaerah pemilihan dengan memakai uang Negara dengan cara politik gratis. Padahal tiap anggota DPR setidaknya menerima dana reses Rp. 600 juta per tahun untuk membina konstituen diluar gaji, tunjangan, fasilitas serta dana kegiatan sosialisasi undang2 dan konstitusi.

Sesungguhnya akan lebih elegan jika para politisi ini berkaca kepada kondisi ekonomi yang belum pulih dewasa ini dengan berempati pada kesulitan sebagaian besar rakyat secara cerdas dan merakyat sehingga tidak akan ada lagi pendekatan melulu sumbangan untuk perbaikan jalan, bangunan dan irigasi pertanian. Juga layak untuk diingat para politisi bahwa para pendiri bangsa ini tidak pernah mengajarkan dan memberi contoh semacam itu, dan tak sedangkal itu pula pelaksanaan jargon politik “menangis dan tertawa bersama rakyat”.

Meskipun faktanya palu sudah diketok Pimpinan DPR tanpa suara bulat, masyarakat dan rakyat kebanyakan masih berharap bahwa Pemerintah bisa berperan menjadi filter terakhir dan berani untuk menolak syahwat keserakahan para politisi kita ini. Semoga !!

 

Sumber :

Tempo

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun