[caption id="attachment_391421" align="aligncenter" width="434" caption="Gambar : Tempo.co"][/caption]
Selama seminggu terakhir ini di jagat perpolitikan Indonesia dibuat heboh oleh sosok calon Kapolri Komjen Budi Gunawan (BG), yang dinyatakan tersangka oleh KPK, namun secara aklamasi diusulkan oleh DPR gabungan koalisi KIH dan KMP minus fraksi Demokrat untuk segera dilantik menjadi Kapolri menggantikan Sutarman. Presiden Jokowi seolah terperangkap oleh Jebakan Batman, bak simalakama karena kalo melantik sesuai usulan DPR, akan menodai komitmennya dalam pemberantasan korupsi dan mencederai kepercayaan rakyat yang tidak menghendaki koruptor menjadi Kapolri. Sebaliknya kalo tidak melantik BG, maka akan melukai hati "King Maker" Megawati dengan PDIP dan KIH di belakangnya, termasuk pengusaha kelas kakap TW, padahal mereka itu adalah para pengusung Jokowi ketika Pilpres 2014, sehingga berhasil menjadi presiden ketujuh RI.
Dalam situasi sangat sulit tersebut, dengan kecerdasan nurani tingkat dewa, Jokowi membuat langkah ajaib dengan menerbitkan dua Kepres, yaitu Pemberhentian dengan hormat Kapolri Jenderal Polisi Sutarman dan Penunjukan Komjen Badrodin Haiti sebagai Plt Kapolri dengan tambahan penjelasan bahwa pelantikan BG tidak dibatalkan tetapi ditunda hingga kasus hukum yang membelit BG tuntas. Dengan demikian, maka Jokowi dengan elegan bisa terlepas dari jebakan Batman-nya para elit DPR, karena lebih cerdas dalam memberikan keputusan solutif, dengan tidak mengabaikan opini relawan dan mayoritas masyarakat Indonesia.
Namun demikian, tantangan yang lebih dahsyat lagi masih menghadang Jokowi yang harus menghadapi konspirasi yang lebih jahat dari Nazi yang datangnya dari berbagai penjuru sbb :
-Istana adalah lokasi yang mengerikan karena di dalamnya terdapat penjilat dan kaum munafik yang berbahaya karena dapat memberikan citra buruk pemerintah di mata masyarakat.
-Mereka adalah terdiri dari para penjilat, munafik dan pembisik informasi palsu yang secara senyap berkhianat, ada yang manggut-manggut tapi menikam dari belakang, ada mata-mata, ada agen rahasia, ada yang mengancam dengan kata/senjata, ada yang menggunakan guna-guna, ada si jahat bekerja di dunia nyata hingga maya.
-Mereka itu berkeliaran di sekitar Istana yang bekerja dengan jutaan cara, dan gerakan ini menjadi musuh dalam selimut dan bisa menghancurkan pemerintahan Jokowi sebelum mengakhiri masa jabatannya.
-Para aktivis, pengamat dan tokoh-tokoh lain yang menghakimi Jokowi seolah mereka yang paling berani.
Konspirasi ini yang tidak kasat mata, tidak beraroama, tapi diakui ada dan bekerja, namun sangat berbahaya, bahkan lebih senyap dari “freemanson” atau lebih jahat dari Nazi. Namun kita harus percaya dan yakin sepenuhnya bahwa Jokowi akan tetap berdiri tegak dan tetap berpegang pada pendiriannya untuk memegang amanah rakyat dengan tegas, lugas dan bermartabat. Semoga!
Sumber :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H