[caption id="attachment_391452" align="aligncenter" width="212" caption="Gambar : Museum Polri"][/caption]
Sejatinya penggantian Kapolri di negeri ini bukanlah hal yang luar biasa, tetapi hal yang lumrah terjadi dalam tubuh institusi penegak hukum tersebut.
Namun demikian, penggantian Kapolri dengan mencalonkan Komjen Budi Gunawan (BG) selaku tersangka KPK, membuat hiruk-pikuk dunia perpolitikan heboh dan gerah, karena adanya beberapa ganjalan:
1.Tingkat ketergesaan untuk mengganti Jenderal Polisi Sutarman sebelum masa jabatannya berakhir, apakah sudah begitu mendesak. Kemudian apa tugas beliau selanjutnya?
2.Sosok Komjen Budi Gunawan, sebagai calon tunggal jarang terjadi selama ini, kecuali sangat mendesak.
3.Penggantian Kabareskrim, Komjen Suhardi, yang sangat mendadak dan adanya istilah berkhianat yang muncul dari Irjen Budi Waseso, Kabareskrim baru yang  entah ditujukan kepada siapa, tetapi pastinya akan menimbulkan masalah baru.
Komjen Bahrodin Haiti, selaku Plt Kapolri, menanggapi bahwa pernyataan Kabareskrim itu hanyalah ungkapan emosional yang tidak perlu diungkapkan ke publik. Dan untuk itu Polri sedang melakukan penyelidikan oleh Propam untuk mengungkap adanya pengkhianat di tubuh Polri.
Sebaiknya institusi Polri itu kompak, tidak ada dua kubu yang hanya akan memperkeruh suasana yang sedang karut-marut, yang jika dibiarkan bisa menjadi awan cumulonimbus.
Diharapkan Presiden Jokowi, bisa meredam potensi perpecahan di tubuh Polri demi kepentingan rakyat banyak dengan cara obyektif, adil, dan tidak memihak. Semoga!
Sumber :