Mohon tunggu...
Dimas almasih
Dimas almasih Mohon Tunggu... Bankir - Dulunya vocalist

B aja

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Tempesta Perfetta Nesta!

29 April 2020   22:54 Diperbarui: 30 April 2020   01:05 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemain bertahan, sebuah posisi yang sering digambarkan sebagai kumpulan para pemain keras. mengandalkan kekuatan fisik, dan tidak segan untuk menjatuhkan lawannya, serta tidak jarang mendapat "hadiah" kartu merah.

Tetapi, semua hal-hal negatif tersebut tidak berlaku untuk seorang Alessandro Nesta.

Di besarkan di negara yang terkenal dengan cultur catenaccionya, serta mendapatkan gemblengan dari dua klub besar italia, Nesta tumbuh sebagai bek yang istimewa.

Dan di bawah asuhan dari pelatih-pelatih jempolan seperti sven-goran eriksson, zdenek zeman, dan carlo ancelotti.

Nesta yang di awal karirnya bermain sebagai penyerang dan gelandang, menjelma menjadi bek yang memiliki nilai seni tinggi dan beragam prestasi.

Di lazio dan milan dia telah memenangi berbagai trophy di skala nasional dan juga eropa, mulai dari juara serie-A, coppa italia, piala super italia, liga champions dan piala super eropa bersama Gli Aquilotti dan Diavolo rosso.

Deretan trophy bergengsi tersebut belum termasuk dengan medali yang diraihnya bersama gli azzuri, seperti piala eropa U-21, dan puncaknya tentu saja piala dunia 2006.

Karir dari seorang Nesta memang luar biasa, selain sederet prestasi yang diatas, penghargaan individunya juga tak kalah mentereng. diantaranya yakni pemain muda terbaik serie-A, masuk ke daftar 100 pemain terbaik versi FIFA, tim terbaik dalam ajang piala eropa, FIFPro world XI, dan Uefa, lalu dinobatkan sebagai bek terbaik serie-A selama 4 musim berturut-turut dari tahun 2000-2003.

sebagai pemain bertahan, torehan sebanyak itu jelas terbilang luar biasa, dan lalu kenapa karir Nesta bisa bergelimang prestasi? tentu saja karena Nesta bukan bek "biasa".

Seperti yang disebutkan di awal, bek merupakan posisi yang identik dengan permainan kasar. namun Nesta justru melakukan sebaliknya.

Dalam perjalanan karir Nesta merupakan bek yang memiliki jiwa seni tersendiri. tekelnya halus, dan hampir selalu mengarah tepat pada sasaran. pengawalannya kalem namun mematikan. dan bahkan kontak fisiknya terlihat tidak menyakitkan tapi sangat efektif dalam merebut bola dari pemain lawan.

Jika pemain-pemain seperti Xavi, Iniesta, leo messi, dan andrea pirlo memperoleh sebutan seniman lapangan hijau karena kemampuan "menyihir" bola, Nesta justru adalah seniman yang berbeda dari posisi yang acapkali dianggap tidak memiliki karya seni. 

Nesta melukis dengan segala seluncuran tekelnya, mewarnainya lewat sundulan yang terarah, lalu dilengkapi dengan penempatan posisi yang tepat.

Meski secara individu Nesta adalah bek jempolan, tapi dia tidak akan sanggup bekerja sendirian secara terus-menerus. dia membutuhkan tandem yang kompak, saling melengkapi dan juga berjiwa pemimpin.

Mengingat hal ini, tersebutlah nama-nama seperti paolo negro, paolo maldini, thiago silva, kakha kaladze, alessandro costacurta, fernando couto, sinisa mihajlovic dan jaap stam.

dari deretan bek kelas kakap yang disebut, tiga nama pertama merupakan pemain paling layak disebut tandem sejati Nesta, paolo maldini adalah bek yang seringkali berpasangan dengan Nesta dilapangan.

Sekitar 194 pertandingan mereka lakoni bersama, dengan rata-rata 2,02 poin (Opta) diperoleh per pertandingan. Keduanya juga bagian dari masa keemasan milan di awal tahun 2000-an.

Lalu ada paolo negro, adalah bek yang menjadi pasangan paten dari Nesta sewaktu masih membela ss lazio.

Selama 8 tahun lebih mereka menghabiskan waktu bersama dilapangan hijau, dan sempat membawa elang ibukota mengepakkan sayapnya tinggi di akhir tahun 1990-an.

Akan tetapi, karena lazio terlilit masalah financial (cragnotti bangkrut) duet ini harus berpisah pada musim panas 2002 yang ditandai dengan dijualnya Nesta ke A.C Milan.

Di akhir karirnya bersama milan ada Thiago silva, duet yang cukup unik, mengingat saat itu Nesta sudah melewati masa jayanya (tepatnya berumur 32 tahun saat pertama kali duet dengan silva yang berumur 23 tahun) . namun kombinasi keduanya ini berbuah manis, yang berujung gelar scudetto pada musim 2010/2011.

21 tahun karir Nesta adalah rentang waktu yang penuh dengan suka cita. meskipun dia beberapa kali sempat dihantam cedera parah, tercatat 16 kali naik meja operasi, bahkan sempat absen selama 8 bulan karena cedera punggung yang didapatnya, pemain kelahiran roma ini selalu dapat kembali ke bentuk performa terbaiknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun