Jika kita melihat respon Trump terhadap pandemi, dia sangat terfokus pada masalah imigrasi dan selalu membicarakan tentang Pemilihan Presiden 2020, dia juga membicarakan masalah perkembangan tembok perbatasan ini pada briefing yang dilakukan dengan kepala korps insinyur Angkatan Darat Amerika Serikat yang sedang membicarakan tentang pembangunan rumah sakit, tetapi presiden juga membicarakan mengenai perkembangan pembangunan tembok yang dikerjakan di perbatasan Amerika Serikat dengan Meksiko.[9] Hal tersebut menjadi hal yang penting bagi partai Republikan untuk mewujudkan janji kampanye dan meningkatkan elektabilitas Trump di negara bagian dengan swing voters yang tinggi (swing state).
Manuver Politik Trump dan Kontestasi Pemilihan Presiden Amerika Serikat 2020
Kembali pada kampanye Trump pada 2016, dirinya berjanji untuk mengurangi imigrasi apabila terpilih. Trump juga menyalahkan Obama atas peningkatan jumlah imigran di Amerika. Manuver politik Trump terlihat bahwa ia ingin memperketat aturan imigran ke AS karena mereka dipandang telah mencuri kesempatan kerja sekitar 2 juta warga Amerika. Melalui American First, kepentingan nasional rakyat Amerika akan menjadi priotitas utama.
Padahal melalui penelitian yang dilaksanakan para Profesor ekonomi Universitas California yang telah meneliti selama 30 tahun dalam topik ini. Menyimpulkan bahwasannya sangat sedikit data yang mendukung atas klaim imigran yang akan menekan upah dengan pekerja pribumi AS bahkan sebagian besar negara-negara industri rata-rata tidak berpengaruh pada pekerja pribumi. [10]Â
Apabila kita melihat manuver Trump dan juga partainya (republik) dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat 2020, terlihat dengan jelas bahwa republik selalu menentang kebijakan imigrasi di Amerika Serikat. Sedangkan pesaing kuatnya, Joe Bidden dari partai demokrat terlihat selalu mendukung kebijakan imigrasi di Amerika Serikat.
Memang benar bahwa, dibandingkan dengan para pemimpin partai demokrat lainnya, tingkat elektabilitas Trump untuk Pemilihan Presiden 2020 tidak terlalu terpengaruh. Bagaimanapun juga Trump terlihat mendapatkan kesempatan yang lebih dibandingkan oposisinya Partai Demokrat, terutama calon presiden yang diisukan maju dalam konstestasi Amerika Serikat yakni Joe Bidden, yang kesulitan membangun dirinya dalam perdebatan karena dia tidak memegang jabatan politik saat ini.
Ketika kita melihat bagaimana keseriusan Trump dalam menangani Virus Corona pada sektor kesehatan, sebelumnya telah diperingatkan oleh Direktur CDC Robert Redfield, yang menghimbau pemerintahan Donald Trump akan penyebaran gelombang kedua dari Covid-19 yang akan muncul pada musim dingin yang dinilai akan lebih mengerikan karena akan menghadapi Corona dan flu secara bersamaan. Hal tersebut menjadi mengerikan karena sejauh ini telah banyak korban dan rumah sakit kekurangan alat tes, ventilator dan alat keamanan untuk pekerja medis. Dia juga menyayangkan tindakan Trump yang mendukung aksi protes anti-lockdown melalui cuitan twitternya yang menyatakan "BEBASKAN MINNESOTA!" dan "BEBASKAN MICHIGAN!" [11] Â
Deborah Birx sebagai Koordinator Gedung Putih Untuk Penanganan Virus Corona tidak mau terlalu cepat menilai keputusan presiden. Dia juga tidak tahu menahu mengenai gelombang kedua Covid-19 akan lebih membahayakan dibandingkan sekarang, Trump juga menilai bahwa semakin hari harapan semakin cerah untuk akhir dari pandemi ini. Dia juga menyatakan bahwa tidak semua orang ingin melakukan testing, dalam beberapa kasus hal tersebut tidak baik, dan Trump juga menyatakan bahwa kita mampu untuk menghadapi gelombang kedua jika terjadi, karena AS telah melakukan hal yang baik sejauh ini. [12]
Hingga saat ini Amerika Serikat telah menjadi negara dengan tingkat kasus Corona tertinggi di dunia. Hal ini dikarenakan ketidakcakapan presiden dalam menangani kasus ini. Menurut Idrees Kahloon pakar ekonomi Amerika Serikat.Â
Donald Trump lebih mementingkan masalah ekonomi dibandingkan kemanusiaan.[13] Dorongan Trump untuk membuka kembali perekonomian dengan cepat juga tidak mendapatkan banyak dukungan. Kebanyakan orang Amerika memiliki pandangan yang berbeda, menurut jajak pendapat baru di The Washington Post. Survei menyatakan bahwa 54% rakyat Amerika Serikat memberikan nilai negatif untuk Trump dalam penanganan Pandemi.[14]
Gaya Politik Trump