Kebijakan dadakan ini tentunya sangat membingungkan dan menimbulkan kecemasan diantara masyarakat Amerika Serikat. Tentunya, dampak ini sangat merugikan bagi imigran yang masih di luar AS.Â
Hal ini merupakan kebijakan yang diskriminatif ketika pihak pemerintah menyatakan bahwa hal ini untuk menegakkan keadilan warga Amerika Serikat agar mereka didahulukan untuk mendapatkan kesempatan lapangan pekerjaan, akan tetapi di sisi lain Amerika Serikat merupakan negara yang sejauh ini perekonomiannya bergantung pada imigran dan dikhawatirkan penundaan ini akan diperpanjang tanpa batas waktu dan akan membuat calon imigran dan keluarga mereka menderita. Mark Krikorian, Direktur Eksekutif Center Studi Imigrasi melihat ini lebih seperti isyarat politik daripada langkah kebijakan yang serius. [4]
Permasalahan Implementasi Kebijakan Penundaan ImigrasiÂ
Pemerintahan Trump juga telah mengimplementasikan sistem ini untuk "mengusir" para migran dan imigran yang datang dari Meksiko, Guatemala, El Savador, dan Honduras dari perbatasan selatan Amerika Serikat selama pandemi. Mereka tidak diproses di dalam Pos Penjaga Perbatasan, tapi langsung diproses di lapangan, tanpa pemeriksaan kesehatan yang lengkap, mereka langsung dikembalikan ke Meksiko, berdasarkan laporan dari Texas Tribune.
Menurut Professor Hukum A&M Texas, Fatma Marouf yang menyatakan bahwa kebijakan ini kemungkinan dapat diperpanjang dan pada akhirnya bisa berdampak pada imigran yang telah tinggal dalam perbatasan AS.[5]Â
Maka tidak akan menjadi suatu hal yang baru apabila Trump memutuskan untuk memberlakukan ini secara jangka panjang, mengingat catatan Trump atas narasi-narasinya yang sangat keras pada imigran terutama dari negara yang mayoritas Muslim, dan dari Meksiko yang sekarang sedang dibangun tembok panjang untuk realisasi janji kampanyenya.Â
Pembangunan tembok tersebut dilakukan dengan alasan untuk memelihara keamanan nasional telah menjadi cara Trump untuk memenangkan hati para konservatif garis kerasnya di AS pada kontestasi Pemilihan Presiden Amerika Serikat sebelumnya.Â
Akan tetapi, keputusan ini tentunya ditentang oleh komunitas bisnis yang menginginkan Trump untuk mengurangi pembatasan pada visa pekerja sementara. Sebaliknya, jika Trump memilih untuk mengecualikan kebijakan penundaan imigrasi, dia akan memperkuat posisinya dengan komunitas bisnis tetapi berisiko menciptakan protes dari pendukungnya yang konservatif.Â
Anthony Zurcher berpendapat bahwa langkah yang diambil Trump tentunya akan ditentang keras oleh kelompok pro-imigrasi, pebisnis, dan musuh ideologis presiden. Kembali ke empat tahun yang lalu Trump juga menggalakkan kampanye mengenai anti-imigrasi dan pelarangan umat Muslim untuk masuk ke Amerika Serikat, dan terlihat bahwa Trump menggunakan kembali strategi yang sama untuk memenangkan Pemilihan Presiden 2020.[6] Para kelompok partai Republik pun memuji langkah ini, yang tentunya dengan jelas ditentang oleh  kelompok Partai Demokrat yang melihat bahwa langkah Trump merupakan "kesempatan dibalik kesempitan" di tengah pandemi.Â
Trump dalam menetapkan kebijakan penundaan imigrasi ini sangat bertolak-belakang dengan alasan agar ekonomi membaik. Pasalnya, mengutip dari pernyataan Ruchir Sharma, "dalam dekade terakhir, pertumbuhan populasi, termasuk imigrasi, telah menyumbang sekitar setengah dari tingkat pertumbuhan ekonomi potensial di Amerika Serikat dan hampir tidak ada negara yang mempertahankan pertumbuhan ekonomi secara cepat tanpa pertumbuhan populasi yang kuat, dimana Amerika Serikat terus menghadapi penurunan pertumbuhan populasi, dan pekerja merupakan sumber kekuatan ekonomi nasional yang berharga."[7]Â
Yayasan Nasional untuk Kebijakan Amerika (NFAP) pada Februari 2020 menghitung bahwa adanya pengurangan 30% atau lebih dalam imigrasi legal pada tahun fiskal 2021 dibandingkan perhitungan pada 2016 yang menghitung bahwa dalam jangka panjang akan berada pada 35% dan 59%.[8] Tentunya jika kebijakan penundaan imigrasi ini tetap dilakukan, akan terjadi penurunan signifikan untuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang di Amerika Serikat.Â