Kondisi kamar memang keliatan sudah tua tapi masih berfungsi baik AC , air Kamar mandi masih bisa air panas walaupun airnya terkadang keluarnya warna kuning
flush toilet tidak berfungsi dan tidak ada tempat gantungan baju dan meja kecil di samping tempat tidur sudah tidak ada, televisi tidak ada, lampu diatas ranjang semua tidak nyala,  termos air panas tidak ada seperti biasanya, saat saya menulis cerita singkat ini kami masih dalam perjalanan menuju Namlea dari Bau bau, tepatnya di laut Banda ditengah gelombang yang membuat agak pusing bagi yang tidak terbiasa. Oh ya 1 lagi yang buat saya agak terhibur karena khusus kamar kelas hari pertama diantar makanan ke kamar oleh petugas piket ...tapi hari ini dan seterusnya tidak lagi entah mengapa. Setelah saya mencoba mengantri di dek Ekonomi lantai 4 pada keesokan harinya saya menanyakan pada salah satu perwira kapal dan ditanya apa sudah bayar ? Maksudnya sudah bayar untuk pengantaran ke kamar Kelas. Saya katakan saya tidak bayar biaya pengantaran karena biasanya kamar kelas sudah termasuk makanan walupun kami biasanya pergi ke Restoran yang disediakan di dek 6. Saya dapat info dari kerabat saya yang barusan menumpang kapal Ngapulu ternyata untuk pengantaran makanan ke Kelas dikenakan biaya Rp 150.000/orang untuk 5 hari perjalanan dari Fakfak ke Surabaya. Kalau tidak bayar berarti jatah makanan harus antri sendiri  di dek 4 bersama-sama penumpang Ekonomi, ini berarti Kelas 1 belum terasa betul layanan kelasnya masih 1/2 ekonomi walaupun mulai nampak ada upaya pembenahan. Semoga kedepan lebih baik dan bisa seperti yang dulu saya rasakan. Mungkin perlu peremajaan kapal-kapal PELNI yang Notabene sudah tua juga seperti KM Tidar ini sekitar Thun 1987 (37 Tahun).
 Kami bertahan dengan bekal makanan yang kami bawa karena saya ada bawa pemanas listrik makanan. Saat seperti ini baru kadang2 kita belajar tentang kehidupan, bahwa hidup itu tidak selamanya harus mulus dan serba ada dan kita harus bisa menyesuaikan dengan situasi sesulit apapun, disini saya bisa belajar buat nasi sendiri dari stok beras yang kami bawa. Mengukus makanan yang kami bawa spt rendang, ayam suwir dan kornet buatan ibu saya dari Surabaya.
Dari sekelumit cerita diatas saya hanya bisa berharap pada Pemerintah Pusat yang selalu sibuk dengan hal hal besar dan korupsi yang merajalela dan mungkin mengabaikan kesejahteraan rakyat dibawah khususnya transportasi di Indonesia Timur. Begitu mahalnya transportasi udara membuat transportasi laut menjadi pilihan utama, hanya saja sayangnya transportasi laut yang murah dan berkualitas serta higienis masih jauh dari harapan.Pembenahan Perubahan Warna dari Kuning Putih menjadi Biru Putih, mungkin lebih banyak pada wajah luarnya saja sedangkan di dalam masih ada hal-hal yang perlu diperbaiki seperti Pelayanan tiket Kelas yang belum terlayani secara Online, pelayanan Kelas seperti dulu yang pernah kami rasakan bagus belum sepenuhnya tersedia saat ini. Mungkin dalam beberapa waktu ke depan dapat ditingkatkan lebih lagi oleh pejabat yang berwenang.Semoga!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H