Lari lagi.
Sudah cukup istirahatnya?
Sudah bisa menikmati prosesnya?
Yuk lari lagi. Kejar lagi impian yang ingin dicapai. Jangan mimpi terus. Sudah waktunya bangun, nih!
Yuk mulai dari garis start lagi. Lari marathon ya, jangan sprint. Hidup itu perjalanan panjang yang memerlukan daya tahan. Pelan aja tak apa, yang penting konsisten. Tak perlu menjadi nomer satu, fokus saja pada proses. Semua dapat medali kok, tenang.
Tak apa pelan, yang penting konsisten. Dalam Bahasa Jawa alon-alon penting kelakon.
Seberapa pelan?
Tergantung kemampuan diri kita. Kita harus bisa mengenali diri kita sendiri. Jangan memaksakan diri untuk melakukan hal di luar jangkauan kita. Yang penting konsisten.
Konsisten inilah yang tidak mudah. Sulit untuk membangun sebuah kebiasaan. Hari pertama biasanya full motivasi, hari kedua dan ketiga aman, selanjutnya sudah hilang. Padahal hal kecil yang dilakukan secara terus menerus lebih baik daripada hal besar yang dilakukan hanya sekali.
Bandingkan saat kita lari 10 menit setiap pagi dengan lari 2 jam sekali waktu. Mana yang lebih baik? Tentu lari 10 menit setiap pagi. Walaupun hanya 10 menit, tapi kebiasaan itu memberikan banyak manfaat bagi tubuh. Pelan-pelan bisa ditambah durasi waktunya. Sebaliknya, orang yang tidak pernah lari, lalu tiba-tiba lari 2 jam sekali waktu, pasti tubuhnya sakit keesokan harinya.
Jadi, lari sesuai kemampuan kita. Satu lahi, fokus pada lintasan kita sendiri. Selama masih di jalur, aman. Tak usah pedulikan lintasan orang lain, toh semua yang mencapai garis finish akan mendapatkan medali atas usahanya.Â
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H