Waktu terus berjalan.
Terus berputar tanpa henti. Itulah waktu. Walau kita berhenti, waktu akan terus mengikuti poros perputarannya.
24 jam sehari, 7 hari seminggu, 52 minggu setahun, 100 tahun seabad.
Waktu setiap orang sama. Perbedaannya ada pada cara orang memanfaatkan waktu. Ada yang terus berjalan tanpa henti, ada yang berlari. Ada pula yang jalan ditempat, sekali-kali maju satu langkah. Itu semua pilihan.
Lalu, seberapa pentingkah waktu?
Waktu adalah emas. Time is money.
Pernah dengar kalimat-kalimat di atas? Waktu diibaratkan sebagai hal yang berharga. Emas dan uang. Menunjukkan begitu berharganya waktu.
Ada pula pepatah yang berbunyi “Al-waqtu kassaif, fain lam taqtha hu qatha 'aka”. Waktu ibarat pedang, maka jika kamu tidak menebaskannya, dia akan menebasmu.
Contoh konkret dari pepatah ini adalah masa muda. Orang yang dapat memanfaatkan masa mudanya dengan baik, maka dia akan mendapat kemudahan di masa tua. Jika masa mudanya giat mencari ilmu, kelak dia menjadi orang berilmu yang bersahaja. Jika masa mudanya giat bekerja, dia dapat memenuhi kebutuhan finansialnya untuk masa tua.
Begitulah, karena waktu tak bisa diputar kembali. Apa yang sudah terlewat, begitulah adanya. Jika kita tidak memanfaatkan waktu sebaik mungkin, yang tersisa hanya satu. Penyesalan. Menyesal tidak memanfaatkan masa lalu dimana semangat masih membuncah, tubuh masih sehat, dan uban belum terlihat.