Mohon tunggu...
Axelda
Axelda Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Blogger

Menulis jadi hobi?

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kaya Sebelum Miskin, Mantra Akurat Jaga Prioritas

23 September 2024   13:00 Diperbarui: 30 September 2024   11:10 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manfaatkan masa kayamu sebelum datang waktu miskinmu

"Seberapa kaya Anda?". Pernah diberi pertanyaan seperti ini? Sejujurnya, yang terpenting bukan seberapa kaya kita, tapi seberapa besar manfaat yang kita berikan dengan harta kekayaan kita.

Mengapa?

Karena semua itu adalah titipan Tuhan yang sudah seharusnya kita kelola secara bijak. Ingat, di dalam harta kekayaan kita ada hak orang lain.

Untuk itu, saat diberi kelapangan rejeki, jangan menunda-nunda waktu untuk berbuat kebaikan lewat berbagi. Berbagi kepada sesama tak akan menghabiskan harta kita. Tak bergantung pada jumlah, niat dan etika adalah hal yang paling penting dalam berbagi.

Kekayaan bersifat sementara.

Pernah dengar istilah "Besar pasak daripada tiang?" Peribahasa ini mengajarkan untuk dapat mengatur keuangan dengan fokus pada hal esensial, sehingga pengeluaran kita tidak lebih dari pendapatan.

Hal itu tidak dibenarkan. Kita harus mengatur skala prioritas dan membedakan antara biaya hidup dan gaya hidup.

Mengapa?

Karena kita tidak tahu sampai kapan harta itu menjadi milik kita. Coba bayangkan jika kita menghamburkan uang untuk sesuatu yang tidak penting, lalu saat kita membutuhkan tiba-tiba semuanya hilang.

Misalnya saat kita beli tas mahal, padahal cicilan KPR masih nunggak. "Buat beli tas dulu lah, cicilan KPRnya dobel bulan depan bayar", begitu kata hati. Tiba-tiba bulan depan pendapatan menurun dan tidak cukup untuk membayar cicilan.

Sedih? Menyesal? Tentu.

Dan pasti bukan hal yang kita inginkan. Namun, bisa menjadi pelajaran agar tidak melakukan hal serupa.

Kekayaan itu titipan. Maka jangan sombong dengan apa yang saat ini sedang kita pegang. Jadikan harta tersebut sebagai media untuk mendapatkan pahala dan menebar kebaikan, bukan media memancing kedengkian.

Pamer kekayaan adalah hal yang sia-sia. Dari pada berlomba-lomba untuk pamer harta, yuk berlomba-lomba dalam kebaikan.

Semangat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun