Mohon tunggu...
Axel Rizqya Yusuf Brahmana
Axel Rizqya Yusuf Brahmana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 23107030049

Lil bit autistic

Selanjutnya

Tutup

Games

God of War (2018), Mahakarya atau Sampah?

1 Juni 2024   22:38 Diperbarui: 1 Juni 2024   23:18 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

God of War (2018) adalah reboot yang luar biasa dari seri aksi petualangan ikonik yang dikembangkan oleh Santa Monica Studio dan diterbitkan oleh Sony Interactive Entertainment. Berlatar di dunia mitologi Nordik, game ini mengikuti Kratos, dewa yang kini lebih tua dan bijaksana, serta putranya, Atreus. Kratos, yang sebelumnya dikenal karena amarah dan kekerasannya, kini harus menghadapi tantangan baru sebagai seorang ayah yang membimbing putranya melalui dunia yang penuh bahaya dan dewa-dewa Nordik yang mematikan. Perjalanan mereka dipenuhi dengan pertarungan epik, teka-teki yang rumit, dan momen emosional yang mendalam.


Game ini menonjol karena narasinya yang kaya dan mendalam, yang mengeksplorasi tema-tema kompleks seperti penebusan, pengorbanan, dan hubungan antara ayah dan anak. Sistem pertarungannya yang diperbarui, dengan sudut pandang kamera yang lebih dekat dan fokus pada kombinasi serangan dan strategi, memberikan pengalaman bermain yang segar dan menantang. 

Grafis yang memukau dan desain dunia yang rinci semakin memperkuat atmosfer dan imersi pemain dalam mitologi Nordik yang gelap dan misterius. God of War (2018) tidak hanya berhasil mempertahankan inti dari seri aslinya tetapi juga memperkenalkan elemen-elemen baru yang membuatnya menjadi salah satu game terbaik di generasinya.

Reaksi Positif
Rilisnya God of War (2018) menuai banyak pujian dari para gamers. Game ini mendapatkan rating 94% pada situs metacritic. IGN, salah satu media video game terbesar dan terkenal memberinya rating 10/10. Studio Santa Monica juga memenangkan penghargaan Game Of The Year pada tahun itu, mengalahkan raksasa-raksasa seperti Red Dead Redemption 2 dan Spider-Man.

Perubahan Mekanik Permainan
Seri God of War yang original, dimulai pada tahun 2005 hingga 2013, terkenal dengan sistem pertempurannya yang berbasis kombo cepat. Pemain mengontrol Kratos dengan perspektif kamera tetap, memungkinkan pandangan luas selama pertempuran. Gameplay menekankan fluiditas dan kecepatan, dengan fokus pada menggabungkan serangan kuat menggunakan Blades of Chaos yang ikonik milik Kratos. 

Seri ini juga menggabungkan quick-time events (QTEs) untuk melakukan gerakan akhir yang brutal pada musuh dan bos. Elemen platforming dan pemecahan teka-teki diselingi dengan aksi, menciptakan pengalaman bermain yang dinamis yang membuat pemain tetap terlibat melalui berbagai jenis tantangan.


Sebaliknya, God of War (2018) beralih ke gaya permainan yang lebih mendalam dan intim dengan perspektif kamera di atas bahu. Perubahan ini secara signifikan mempengaruhi mekanisme pertempuran, membuat pertarungan lebih personal dan strategis. Kratos sekarang menggunakan Leviathan Axe, yang dapat dilempar dan dipanggil kembali, menambahkan lapisan kedalaman baru pada pertempuran.

 Game ini juga memperkenalkan penekanan yang lebih besar pada elemen RPG, seperti perkembangan karakter, kustomisasi perlengkapan, dan pohon keterampilan. Selain itu, Kratos ditemani oleh putranya, Atreus, yang membantu dalam pertempuran dan pemecahan teka-teki, memperkaya gameplay dengan elemen kooperatif dan fokus naratif yang lebih dalam.

Perbedaan Jenis Cerita
Seri God of War original, dikenal karena narasi mitologis yang epik. Ceritanya linear dan didorong oleh pencarian Kratos yang tanpa henti untuk membalas dendam terhadap para dewa Olympus setelah pengkhianatan tragis. Fokusnya pada pertempuran megah, latar yang luar biasa besar, dan seorang protagonis yang dipenuhi kemarahan. Gaya narasinya sederhana, menekankan perjalanan brutal Kratos melalui mitologi Yunani kuno yang sangat rinci, di mana pengembangan karakter menjadi hal sekunder dibandingkan dengan spektakel pembalasannya yang penuh kekerasan.

Sebaliknya, God of War (2018) membayangkan kembali seri ini dengan narasi yang lebih bernuansa dan emosional. Berlatar di dunia mitologi Nordik, cerita ini mengeksplorasi hubungan Kratos dengan anaknya, Atreus, menambahkan kedalaman pada karakternya. Ceritanya lebih introspektif, berfokus pada tema-tema seperti keayahan, penebusan, dan pertumbuhan pribadi. 

Narasi ini terungkap melalui perspektif satu pengambilan gambar berkelanjutan, meningkatkan pengalaman imersif dan resonansi emosional. Pergeseran ini memungkinkan pengembangan karakter yang lebih kaya dan eksplorasi yang lebih intim tentang transformasi Kratos dari dewa yang pendendam menjadi seorang ayah yang berjuang namun peduli. Kehadiran Mimir menjadi media penulis cerita untuk menyampaikan informasi-informasi world-building yang detail.

Keluhan Pencipta Karakter Kratos
David Jaffe, pencipta karakter Kratos mengekspresikan kekecewaannya terhadap keputusan melalui kanal youtube-nya. "Aku tidak mau karakter-karakter ini untuk tumbuh, aku tidak peduliapa yang kalian lalui di studio...jika kalian membuat IP baru atau membuat karakter baru ke dalam lore God of War dengan permasalahan yang sedang kalian hadapi itu luar biasa dan lakukanlah semu kalian. Tapi jangan gunakan karakter Kratos atau Indiana Jones...untuk menceritakan kisah yang kalian mau, persetan denganmu" ucap Jaffe dengan emosi marah.

Keluhan Penggemar Seri Original
Beberapa penggemar seri God of War original yang memainkan versi reboot ini menyatakan ketidakpuasan terhadap pergeseran permainan dari gameplay hack-and-slash tradisionalnya ke pendekatan yang lebih berfokus pada narasi. Mereka merindukan pertarungan yang cepat, merasa mekanisme baru terlalu berbeda, dan tidak menyukai pengembangan karakter Kratos yang lebih reflektif dan tempo permainan yang lebih lambat. Platforming yang absen pada seri terbaru ini juga menjadi keluhan para penggemar seri ori. 

Youtube.com/Under The Mayo
Youtube.com/Under The Mayo

Video youtube dari kanal Under The Mayo mewakilkan perasaan para penggemar yang mencintai seri original dan membenci seri yang baru. Mereka mengeluhkan sempitnya sudut pandang permainan yang juga menyempitkan alur mekanik permainan. Penggemar original juga merasa kesal dengan para kritikus yang menyatakan bahwa Kratos yang sekarang lebih dalam dari sebelumnya karena ia kini menanggung kehidupan putranya. Para fans berargumen bahwa dari dulu Kratos sudah menjadi karakter yang dalam, dapat dilihat dari karakterisasinya pada game  Chains of Olympus dimana dia harus mengorbankan waktu bersama putrinya demi menyelamatkan dunia.

Reddit.com
Reddit.com

Tetap ada perdebatan apakah game ini merupakan mahakarya atau kegagalan. Reaksi positif dari para kritikus dan gamer berkontras dengan keluhan dari pencipta karakter Kratos sendiri, David Jaffe, serta beberapa penggemar setia dari seri aslinya. Meskipun demikian, satu hal yang tidak bisa disangkal adalah dampak besar yang dimiliki game ini di dunia video game, memicu diskusi yang luas tentang arah baru yang diambil oleh franchise yang sangat dihormati ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Games Selengkapnya
Lihat Games Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun