Penyusunan kitab tafsir banyak dijumpai sesuai dengan tartib mushafi yaitu disusun berdasarkan urutan surah dalam mushaf. Beberapa tafsir seperti tafsir Ibnu Katsir, Tafsir al-Misbah, Tafsir al-Munir, Tafsir al-Azhar, dan beberapa karya tafsir lainnya menggunakan urutan surah sesuai dalam mushaf. Akan tetapi, bukan berarti tidak ada karya penafsiran yang disusun menggunakan tartib nuzuli, yaitu sesuai dengan urutan turunnya ayat atau surah tersebut. Cara inilah yang digunakan oleh salah satu mufassir untuk menjelaskan ayat-ayat al-Qur'an, dia adalah Izzat Darwazah dengan judul karyanya al-Tafsir al-Hadis.
Biografi Singkat dan Karya-karya Izzat Darwazah
Nama lengkapnya adalah  Muhammad Izzat bin Abdul Hadi bin Darwis bin Ibrahim bin Hasan Darwazah, lahir di Nablus, Palestina pada Jum'at malam tanggal 21 Juni 1888 M. atau bertepatan pad 11 Syawwal 1305 H. Gelar Darwazah melekat pada keluarganya lantaran dikenal dengan keluarga pengusaha tekstil. Diambil dari kata bermakna yang bermakna penjahit, karena sebagian besar keluarganya berprofesi sebagai tukang jahit. Ayahnya, Abd al-Hadi adalah seorang pedagang kain di Nablus, ia berasal dari desa Kafranjah kabupaten Ajlun bagian timur Yordania.
Pada usia lima tahun, Darwazah muda memulai pendidikan informalnya, ia belajar menulis, qiraah dan membaca Al-Quran dari seorang penulis di kota Nablus. Kemudian pada tahun 1895 M, ia memulai pendidikan formalnya di sebuah sekolah dasar negeri. Ia kemudian melanjutkan pendidikan menengahnya di Madrasah al-Rasydiyah dan menyelesaikannya pada tahun 1905 M.  Karena keterbatasan ekonomi yang tidak memungkinkan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, kemudian berkarya sambil membangun visinya sendiri  dengan belajar mandiri dan terus belajar. buku-buku yang dia temui. Bacalah buku-buku klasik dan modern yang dimilikinya, dalam bahasa Arab dan bahasa asing. Ia juga membaca puisi, sastra, sejarah dan biografi para intelektual terkenal, mempelajari ilmu eksakta, hak asasi manusia, ekonomi, politik dan  humaniora lainnya.Â
Izzat Darwazah juga membaca karya filusuf barat seperti Herbert Spencer, juga karya pemikir modern seperti Muhammad Abduh, Rasyid Ridla, Musthafa Shadiq Rafi'I, Syakib Arsalan, George Zaidan, Syibli Syamis, Qasim Amin, dan lain sebagainya. ia juga sempat sorogan ke beberapa ulama untuk memperdalam ilmu agama. Ia belajar ilmu fiqih ke Syaikh Musthafa al-Khiyat di Nablus, mempelajari kitab Sahih Bukhari  kepada Syaikh Sulaiman al-Syirabi, dan belajar nahwu dan sharf kepada Syaikh Musa al-Qudumi.
Izzat Darwazah hidup saat Palestina sedang mengalami transisi kekuasaan. Dimulai ketika Palestina berada dibawah kekuasaan Utsmani, kemudian beralih kepada Inggris pada tahun 1917, serta konflik dengan Israel dari tahun 1938. pada tahun 1908-1918 Darwazah juga pernah menjabat sebagai sekretaris departemen umum Beirut dan sekretaris muktamar Syiria. Dibidang pemerintahan, ia juga pernah menjabat sebagai kepala sekolah Madrasah al-Najah al-Wathaniyah, dan kepala urusan wakaf Palestina pada tahun 1921-1937. Namun kemudian tidak lagi menjabat ketika Majelis Tinggi Islam dibubarkan dan Darwazah dituduh sebagai actor dibalik pemberontakan rakyat Palestina kepada Inggris.
Izzat Darwazah kemudian ditahan karena terlibat dalam revolusi, ia ditahan di Mazzah selama 4 tahun, dan 1 tahun di Qal'ah Damaskus, selama masa tahanan Darwazah mulai menghafal dan menuangkan gagasan-gagasannya. Kemudian karena persoalan politik dalam dan luar negeri, pada tahun 1941-1945 Darwazah hijrah ke Turki dan mulai menulis buku-buku yang berhubungan dengan tafsir. Slain itu, ia juga menulis seputar gerakan Arab modern, dan factor yang melatar belakangi terjadinya perang dunia kedua. Kendati menulis beragam karya dalam segala bidang, Darwazah memiliki dua kecenderungan utama, yaitu sejarah dan tafsir. Yang berbeda dari Darwazah, adalah ia menjadikan al-Qur'an sebagai sumber primernya dan menempatkan sumber-sumber sejarah pada level sekunder.
Izzat Darwaza meninggal pada 26 Juni 1984 dalam usia 96 tahun. Ia memiliki 4 orang anak dari pernikahannya dengan Fathimah binti Qasim yang meninggal pada tahun 1938. Kemudian pada tahun 1946 Darwazah menikah lagi dengan Laiqah binti Anis al-Tamimi, akan tetapi dalam pernikahan ini Darwazah tidak dikaruniai anak.
Izzat Darwazah tergolong penulis yang produktif, terbukti dari banyaknya hasil karya yang ia tulis. Dengan total 36 karya, diantaranya yang paling banyak adalah tentang sejarah yang encapai 22 judul, kemudian di bidang al-Qur'an dan tafsir sebanyak 9 judul, dibidang pendidikan sebanyak 4 judul, dan terakhir dibidang hadis 1 judul. Berikut pemakalah sebutkan beberapa karya Darwazah:
- Sejarah, diantaranya: Mukttasar Tarikh al-'Arab wa al-Iskam, Turkiya al-Hadith, Bawa'is al-Harb al-'Alamiyah al-Ula.
- Bidang al-Qur'an dan tafsir, diantaranya: Al-Qur'an wa al-Yahud, Al-Tafsir al-Hadith, Al-Qur'an wa al-Mar'ah.
- Bidang hadis: Al-Jihad fi Sabilillah fi al-Hadith wa al-Sunnah.
- Bidang pendidikan:Durus al-Tarikh al-'Arabi, Durus al-Tarikh al-Qadim, dan karya berbentuk teoritik yaitu Kitab Durus fi Fann al-Tarbiyah.
Mengenal Kitab al-Tafsir al-Hadis Karya Izzat Darwazah