Mohon tunggu...
Awwalia fitrotin izza
Awwalia fitrotin izza Mohon Tunggu... Lainnya - Write and read

A woman with a human nature

Selanjutnya

Tutup

Film

"A Confession of A Shopaholic" dan Dampak Gila Belanja pada Wanita

12 Agustus 2020   16:04 Diperbarui: 12 Agustus 2020   15:53 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Shopaholic atau sebutan untuk kaum gila belanja dewasa ini didominasi oleh wanita. Di Indonesia sendiri, 72 % wanita menyukai belanja baik itu keperluan rumah tangga, fashion, sampai gadget. Menurut mereka, belanja merupakan candu yang susah untuk ditinggalkan. Dengan belanja membuat hati menjadi bahagia,namun tak sedikit yang merasakan penyesalan setelah melihat saldo atm mereka berkurang atau tagihan kartu kredit yang menggunung. 

Alasan-alasan logis coba diungkapkan oleh para wanita-wanita ini, belanja dan mengelilingi mall dapat mengusir penat dan stres. Stres karena pekerjaan, tugas-tugas kuliah, masalah rumah tangga, hingga putus cinta. Daripada aku gila mending aku belanja, toh uang bisa dicari lagi. Begitu fikirnya. 

Alasan lain yang mencoba dirasionalkan adalah gengsi. Ketika kita memakai barang baranded maka orang-orang akan menganggap kita telah sukses dan tidak bisa lagi di underestimate. Barang branded seolah menjadi tolak ukur akan suatu pencapaian seseorang.

Kembali ke film a confession of a shopaholic sendiri, Isla fisher yang berperan sebagai Rebecca Bloomwood, diceritakan sangat terobsesi dengan barang-barang yang dipajang di etalase toko. Membuatnya kalap setiap waktu sampai tagihan kartu kreditnya tak terbendung lagi. 

Dikejar-kejar debt collector membuatnya tidak bisa hidup tenang,  hingga akhirnya dia mulai berpikir bahwa apa yang di lakukan selama ini adalah sebuah kesalahan. Kemudian Rebecca membuat keputusan untuk pergi ke tempat terapi agar kecanduananya hilang. Dia mulai menjual semua barang-barangnya yang selama ini dia kumpulkan satu demi satu. Lalu sebenernya apa yang Rebecca cari? Ketenangan hati.

Dari sekelumit cerita film diatas dapat ditarik banyak pelajaran, seperti jangan terlalu terobsesi pada sesuatu yang pada akhirnya akan menimbulkan penyesalan dan merugikan diri sendiri. Kita membeli sesuatu dan kita merasakan bahagia, kemudian kita melihat isi dompet lalu menyesal dan kita butuh untuk mengulanginya lagi agar kembali bahagia, dan uang habis lagi. 

Begitu seterusnya. Bukan berarti wanita tidak boleh berbelanja dan menikmati jerih payahnya selama ini, tapi bagaimana dia pandai mengatur keuangan dan prioritas. Dan yang paling penting bergaya hiduplah sesuai isi dompet. Karena kebanyakan kita hanya menginginkan sesuatu bukan membutuhkannya yang pada akhirnya akan berujung pada penyesalan. Beberapa orang memilih untuk menjualnya kembali atau yang sering kita dengar dengan istilah preloved, namun tentu saja harganya sudah turun banyak.

Wanita secara tidak sadar memang dituntut untuk selalu tampil cantik dan modis, namun ada baiknya kita melihat sepenting apakah belanjaan yang kita beli. Karena seyogyanya kita hanya mencari ketenangan dalam hidup. Untuk apa barang branded di lemari kalau bahkan kita tidak punya uang untuk ditabung. "When I shop the worlds get better, the world is better; and then it's not anymore and I have to do it again." --Rebecca Bloomwood-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun