Mohon tunggu...
Yusuf Awwab
Yusuf Awwab Mohon Tunggu... -

Hidup tanpa prasangka buruk akan menumbuhkan kecintaan dan persaudaraan pada sesama manusia. Love For All Harted For None

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Presiden Tak Hadir dalam Aksi 4 November, Perlukah Dimaklumi?

7 November 2016   10:47 Diperbarui: 11 November 2016   20:39 6071
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang Demonstran sedang membantu memberikan penahan rasa perih kepada perwira polisi akibat gas air mata (Sumber: Tempo.co.id)

Hujatan” dan “Kesalahan” dari kericuhan yang terjadi pada demo damai bermartabat tanggal 4 November itu akhirnya dilimpahkan kepada Jokowi. Para tokoh bangsa, para ulama, pemilik lembaga survei, pengamat, dan partai politik yang dari awal berseberangan dengan kebijakan pemerintah berbondong-bondong “menyerang” Sang Presiden. Mereka rata-rata menyalahkan atas ketidakhadiran Presiden. Bahkan, perkataan Fahri Hamzah yang mengatakan bahwa Jokowi bisa digulingkan hanya dengan dua cara, yaitu parlemen Jalan dan Parlemen ruangan seakan menyiratkan bahwa demo tersebut tidak lagi murni mengusut kasus Ahok atas dugaan penistaan agama namun sudah ditunggangi oleh kepentingan politik, yaitu menumbangkan Sang Presiden.

Fahri Hamzah ikut berdemo (Sumber: jurnalindonesia.id)
Fahri Hamzah ikut berdemo (Sumber: jurnalindonesia.id)
Orasi Fahri Hamzah dalam demo damai bermartabat “Bela Islam II” merupakan bumerang dan kesalahan. Kata-katanya tersebut mengukuhkan keyakinan dan kecurigaan banyak orang bahwa “Demo Damai Bermartabat” tersebut tidak hanya murni masalah penistaan agama, tapi ada ‘agenda terselubung untuk menumbangkan presiden’.

Dan yang harus dipertanyakan adalah patutkah pemimpin lembaga pemerintahan ikut dalam demo tersebut. Bukankah pemerintahan ini terdiri dari 3 (tiga) Lembaga negara, yaitu Eksekutif, Yudukatif, dan Legislatif yang saling terikat, mengawasi dan bekerja sama satu sama lain. Oleh karenanya, ketika terjadi demo terhadap satu lembaga, otomatis lembaga yang lain pun akan menjadi sasaran demo pula. Akan lucu jika pemimpin lembaga mendemo gedung lembaganya sendiri.

Sangat disayangkan aksi damai nan indah dan bermartabat itu tercoreng oleh “tunggangan yang berbau politik”.

“Presiden... presiden... kami ingin bertemu presiden!” beberapa masa berteriak memanggil sang kepala Negara. Namun, sayangnya teriakan mereka hanya bergema di sekitarnya lalu menguap tertelan kekecewaan. Sang Presiden ternyata tidak berada di tempat. Beliau telah memerintahkan wakil beliau dan beberapa pembantunya (menteri) untuk menerima para perwakilan demonstran. Kebijakan beliau membuat para wakil demonstran kecewa.

Memang sangat disayangkan kenapa Presiden tidak ada di saat rakyatnya berteriak memanggilnya. Ini mungkin yang sekali lagi disesalkan oleh berbagai pihak. Namun, sepertinya kita juga perlu memahami posisi Presiden. Semua kalangan dan masyarakat luas mungkin tidak akan menyangka jika demo 4 November berjalan begitu tertib, santun, dan bermartabat. Semua kalangan sebelum terjadi aksi 4 November seperti satu suara bahwa aksi tersebut akan rusuh. Bukan hanya pemerintah, para pengamat pun berpikiran seperti itu.  

Namun, yang terjadi adalah sebaliknya. Aksi 4 November begitu damai dan bersahabat. Terbukti dengan banyaknya foto selfie antara polisi dengan pendemo. Bahkan polwan-polwan cantik menjadi “target” foto selfie oleh para pendemo. Tampak sekali para aparat membagi-bagikan minuman, tisu, dan obat-obat kepada para demonstran.

Seorang Demonstran sedang membantu memberikan penahan rasa perih kepada perwira polisi akibat gas air mata (Sumber: Tempo.co.id)
Seorang Demonstran sedang membantu memberikan penahan rasa perih kepada perwira polisi akibat gas air mata (Sumber: Tempo.co.id)
4 November adalah demo terindah dan paling bermartabat yang pernah ada di Indonesia dan mungkin juga di dunia. Masing-masing para pendemo dibekali kantong plastik. Tujuannya satu agar jangan mengotori Jakarta yang sudah cantik dan bersih. Mereka tidak malu mengambil sampah yang tergeletak di jalan-jalan. Aa Gym berteriak kepada para santrinya agar tidak mengotori Jakarta. Beliau dan para santrinya bersama-sama dengan para demonstran lainnya mengangkat sapu membersihkan jalan yang dilalui mereka.

AAGym dan Santrinya serta pendemo lainnya menyapu membersihkan sampah (SUmber: Republika.co.id)
AAGym dan Santrinya serta pendemo lainnya menyapu membersihkan sampah (SUmber: Republika.co.id)
Bahkan ibu-ibu dan anak-anak turut serta dalam aksi bersih-bersih tersebut. Seorang anak dengan kantong plastik di tangan mengikuti ibunya memunguti sampah. Pemandangan tersebut membuat beberapa pendemo lainnya terharu dan ikut tergerak mengambil sampah. Siapa yang menduga jika Aksi 4 November begitu Indah dan Bermartabat. Lantunan shalawat Asmaul Husnah yang dikumandangkan Polisi Asmaul Husnah menggetarkan qalbu para pendemo. Mereka terhenyak, terdiam, dan membalas lantunan shalawat tersebut dengan shalawat lagi. Luar Biasa! Sungguh pemandangan yang langka dan kapan akan terjadi lagi demo seperti itu.

Sumber: babe.co.id
Sumber: babe.co.id
Semua itu di luar prediksi pemerintah dan para pengamat yang jauh hari menduga aksi tersebut akan ricuh. Dugaan mereka cukup beralasan karena dalam aksi 4 November tersebut terdapat beberapa ormas yang terkenal “radikal”. Karena para pengamat dan pakar pemerintahan mengkhawatirkan aksi tersebut akan rusuh, wajar jika untuk menjaga-jaga kemungkinan yang terjadi Presiden diminta tidak menemui para demonstran. Keselamatan beliau sebagai kepala negara harus diperhatikan.

Ketakutan-ketakutan jika ada penyusup dan penembak gelap yang mengincar nyawa presidan saat beliau di tengah-tengah para pendemo perlu diutamakan. Sebelum aksi demo 4 November semua kemungkinan dihitung berdasarkan data yang pemerintah miliki. Namun, yang lebih utama adalah keselamatan nyawa kepala negara. Ini adalah proptap mendasar. Apa pun dan bagaimanapun demo tersebut jarang kepala negara di suatu negara datang menemui para pendemo karena yang dikhawatirkan akan ada “para penumpang gelap” yang mengincar nyawa kepala negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun