Mohon tunggu...
Andi W. Rivai
Andi W. Rivai Mohon Tunggu... Penulis - Penolog

Mengejar cinta Allah 'azza wa jalla www.navatour.co.id al Habsy Management

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Saat TKW Pamer Makan Daging Babi

15 Maret 2018   15:39 Diperbarui: 15 Maret 2018   17:53 1264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : http://www.voa-islam.com

Tidak perlu dibantah lagi keharaman daging babi. Sekali haram tetap haram mbak. Meskipun babinya dikasih makanan organic, atau dagingnya mau dimasak dengan temperature 1000 derajat agar cacing pitanya mati, tetap saja tidak menjadikan daging babi itu halal. Dia tetap haram.

Jadi, jika mbak bener-bener seorang muslimah, taati apa yang memang sudah diperintahkan dan jauhi apa yang dilarang. Jangan ngeyel, mencari-cari pembenaran atas apa yang sudah nyata-nyata diatur dalam al Qur'an. Memangnya kita ini sehebat apa sehingga pantas menentang apa yang sudah tertulis di dalam al Qur'an? Bukankah kewajiban kita itu mendengar dan mematuhi? "Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh." Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. An-Nuur: 51)

Juga penting mbak, jangan juga menuduh orang yang kerja di Hongkong, Taiwan, atau Singapur hobinya sama dengan dirimu, suka makan daging babi. Jangan suka menuduh, apalagi memfitnah. Bisa jadi masalah tuh mbak. Setahu saya, tidak sedikit para pekerja Indonesia yang menorehkan prestasi saat mereka bekerja di luar negeri. Tapi tentu bukan prestasi makan daging babi, seperti yang mbak pertontonkan. Jadi, jangan mempersamakan orang lain dengan perilaku mbak yang norak itu.

Jadi, daripada jadi masalah, mbak minta maaf saja. Minta maaf ke semua orang-orang yang mbak tuduh itu. Juga minta maaf ke semua orang (khususnya muslim) yang merasa tersinggung dengan "ajaran" sesat mbak.

Selain itu, yang sangat penting, mbak segera bertobat. Tobat yang sebenar-benarnya tobat. Kembali ke jalan yang di ridhoi Allah. Bukankah sebaik-baik orang adalah mereka yang mau bertobat? Ayo tobat mbak, mumpung nyawa belum sampai di tenggorokan.

Mudah mudahan mbak dapat hidayah. Amin.

Wassalam

Nb. Alhamdulillah si mbak sudah meminta maaf..


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun