Mohon tunggu...
A. W. Priatmojo
A. W. Priatmojo Mohon Tunggu... Penulis-Socialpreneur -

Membaca / Menulis / Socialpreneur https://nyalaruangbaca.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penyebar "Virus" Menulis dari Yogyakarta

1 Januari 2018   01:20 Diperbarui: 1 Januari 2018   01:42 858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Irwan Bajang, Pendiri Independent School (Dokumentasi Pribadi)

Sekolah itu bisa digelar di manapun, seperti bekerja sama dengan sekolah-sekolah formal, komunitas, organisasi, dan sebagainya.

"Independent school tidak mempunyai tempat tetap, selain kantor Indie Book Corner saat ini. Kami bekerjasama dengan komunitas, lembaga, sekolah, atau apa saja. Kami mencari lokasi atau tempat yang bersedia memberikan akses. Kami mengundang para pengisi acara dan mengajak yang ingin terlibat untuk mengikuti kelas. Para peserta kemudian didampingi terus hingga berhasil," ujar Bajang.

Infografis Penyebar (Nyalaruangbaca.blogspot.com)
Infografis Penyebar (Nyalaruangbaca.blogspot.com)
Setelah 6 tahun berjalan, Independent School telah banyak membantu peserta-peserta pelatihan di dalamnya. Bajang menuturkan, ada banyak peserta yang kini telah sukses menjadi penulis, bahkan di antaranya memiliki banyak pembaca. Ada juga peserta yang kemudian memiliki penerbitan sendiri. "Beberapa yang lain bahkan membuat kelas-kelas sendiri yang mirip dengan Independent School. Tentu ini menyenangkan sekali," imbuhnya.

Bajang tidak sepakat dengan anggapan minat baca masyarakat Indonesia itu rendah. Lebih lanjut, ia menuturkan bahwa hal itu terjadi karena akses bacaan yang tidak merata dan harga bacaan yang mahal.  

"Minat baca rendah itu mitos. Hal itu terjadi karena akses bacaan yang tidak merata, harga bacaan mahal. Kalau keduanya sudah terpecahkan, mitos itu akan hilang dengan sendirinya," kata Bajang.

Dalam dunia kepenulisan, masih menurut Bajang, setelah internet dan media sosial berkembang, semua orang punya peluang berkarya lebih gampang. Media sudah terbuka dan siapa saja bisa menulis dengan gratis.

Ia berpendapat, saat ini jumlah penulis Indonesia sudah sangat banyak. Apalagi pekerjaan sebagai penulis sudah makin populer dan menghasilkan.

Atas upayanya menyebarkan virus menulis ini, Bajang telah mendapatkan berbagai apresiasi. Salah satunya berupa penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia (SATU Indonesia) Awards tahun 2014 dalam bidang pendidikan. 

Bajang mengatakan, menurut juri, penghargaan itu diberikan berkat kegigihannya menyebarkan virus menulis kepada masyarakat. Ia mengaku, pada awalnya tidak tahu mengenai penghargaan ini. 

Bahkan menariknya, sampai saat ini ia tidak tahu siapa yang telah mendaftarkannya untuk menerima penghargaan ini. "Saya tadinya tidak tahu, bahkan sampai saat ini saya tidak tahu siapa yang mendaftarkan saya. Prosedur pendaftaran memang ada dua pilihan. Mendaftar sendiri, atau mendaftarkan orang lain yang dianggap memberi kontribusi pada masyarakat," kata Bajang.

Meski begitu, ia merasa bersyukur atas penghargaan ini dan terpilih dari 1.833 pendaftar lainnya. Terlebih lagi, ia senang ada pihak-pihak yang peduli dengan dunia pendidikan, seperti Astra yang memiliki semangat untuk memberikan nilai tambah yang berkelanjutan bagi masyarakat Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun