Mohon tunggu...
A. W. Priatmojo
A. W. Priatmojo Mohon Tunggu... Penulis-Socialpreneur -

Membaca / Menulis / Socialpreneur https://nyalaruangbaca.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penyebar "Virus" Menulis dari Yogyakarta

1 Januari 2018   01:20 Diperbarui: 1 Januari 2018   01:42 858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pendidikan adalah hak, harus murah, kalau bisa gratis." 

Begitu yang dikatakan Irwan Bajang (30) ketika ditanya tentang tujuannya mendirikan sekolah menulis gratis Independent School pada tahun 2011 silam.Sekolah itu ia dirikan untuk semua orang yang tertarik pada dunia kepenulisan, maupun dunia kreatif lainnya. Selain kelas kepenulisan, sekolah ini juga menggelar kelas-kelas lain seperti kelas desain, penyuntingan, hingga pemasaran buku. 

"Saya hanya ingin mengajak orang lain menulis. Siapa saja yang mau belajar, bisa bergabung. Tidak ada syarat selain keinginan," 

Ide untuk mendirikan Independent School ini berasal dari pengalamannya sendiri sebagai penulis. Ketika mengawali karirnya menulis dulu, ia merasa cukup kesulitan karena belajar menulis secara otodidak. 

Dengan Independent School ini, ia tidak ingin orang lain yang memiliki minat menulis merasa kesulitan seperti dirinya. Maka ia mengajak penulis-penulis lainnya untuk memberi pelatihan kepada orang-orang yang ingin menulis.

"Jika ada guru atau mentor, seharusnya seseorang bisa belajar lebih intens dan gampang. Kalau mau ikut sekolah menulis, biasanya mahal. Nah saya nggak mau orang-orang kesusahan seperti saya di awal karir dulu. Saya memutuskan mengajak para penulis lainnya untuk memberi bantuan tenaga dan pikiran untuk mengajak lebih banyak lagi orang untuk menulis," terang lelaki kelahiran Lombok Timur, 22 Februari 1987 ini.

Kecintaan Bajang pada dunia baca-tulis dimulai sejak kecil. Sejak sekolah dasar, ia sudah banyak membaca cerita dongeng. Kesenangannya pada membaca itu terus berlanjut, hingga ketika masuk SMP, kebiasaannya menulis dimulai.

"Sejak usia sekolah dasar, nenek sering mendongeng untuk saya dan adik-adik sebelum tidur. Kalau menulis sudah dimulai sejak SMP. Waktu itu, ada majalah dinding yang kosong. Daripada tidak ada yang mengisi, saya isi dengan tulisan-tulisan saya. Itu berlanjut ketika SMA, dan saya mengurus majalah dinding sekolah," terang lelaki yang kini menetap di Yogyakarta ini.

Sebelum mendirikan Independent School, pada tahun 2009 Bajang lebih dulu mendirikan Indie Book Corner, sebuah penerbitan indie di Yogyakarta. Indie Book Corner ini merupakan wadah pertama untuk membantu banyak orang yang kesusahan dalam menerbitkan bukunya. Kantor penerbitan ini menjadi satu lokasi dengan Dongeng Kopi, sebuah kedai kopi yang terletak di bilangan Condongcatur, Depok, Sleman. 

Terletak di pinggir jalur lingkar Yogyakarta yang padat, Dongeng Kopi seperti menjadi tempat menepi dari aktivitas perkotaan yang gegas. Di tempat ini, waktu seakan berjalan lambat. 

Setiap orang bisa sejenak istirahat, melepas penat, dan merasakan atmosfer kolaborasi kreatif yang penuh semangat. Selain kedai kopi dan penerbitan, di lokasi ini terdapat juga sebuah toko buku bernama "Toko Budi". Kelas-kelas Independent School juga kerap digelar di tempat ini. Independent School memang tidak menuntut adanya tempat secara resmi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun