Awal mula lihat buku ini saya pikir hanya antologi puisi biasa. Artinya hanya puisi-puisi yang dianggap satu tema, trus dikumpul jadi buku. Ternyata tidak. Walau saya agak ragu bila menyebutnya sebagai sebuah novel, tapi jujur ini puitis sekali. Kalo di barcode bagian belakang buku ditulis  "Kumpulan Cerita".
Cerita di sini bermula dari pertemuan tokoh "aku" dan tokoh "kau". Dimulai dari sebuah pertemuan, kedua tokoh ini kemudian jatuh cinta. Ada berbagai halangan dan rintangan yang dilewati sampai akhirnya keduanya menjadi sepasang kekasih. Di bagian-bagian awal ini cintah dan jatuh cintahh digambarkan begitu indah. Pokoknya WOKE!
Hari-hari kebersamaan mereka digambarkan begitu indah. Hangat dan penuh cintah ((pake H biar terkesan mendalami sekali)). Sampai pada akhirnya kedua tokoh ini berpisah. Si "aku" pergi merantau mengejar cita-citanya dan si "kau" tetap tinggal di kotanya.
Pergulatang yang semula karena rindu akhirnya memuncak setelah kehadiran orang ketiga. Hubungan berakhir dan perjuangan untuk melupakan dan menikmati rasa sakit dimulai.
Buku ini enak dibaca karena tulisannya pendek-pendek sehingga tidak cepat capek mata saat baca. Penggunaan diksi yang variatif dan gaya bercerita yang unik.
Sayangnya setiap pergantian bagian buku, dari satu bagian ke bagian lain terkesan seperti ada lompatan ((masih bisa dimaklumi karena kumpulan cerita, bukan novel)). Selain itu layout buku yang sebagian besar diisi dengan kutipan dan foto, juga judul yang memenuhi setengah halaman terkesan seperti memaksa agar buku menjadi tebal. Tapi secara garis besar bisa dibilang bagus.
Kalo diberi nilai dari 1 sampai 5 sepertinya angka 4,2 pas buat buku ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H