Kemunculan covid-19 benar-benar menggegerkan dunia kesehatan. Dalam hitungan bulan virus ini telah merebak keseluruh dunia dan merenggut lebih dari tujuh ratus ribu lebih jiwa diseluruh dunia. Kemunculannya yang mendadak dan termasuk dalam jenis virus baru membuat para tenaga medis dan ilmuan kesulitan dalam menangani kasus pandemi ini. Ditambah dengan kecepatan penyebaran yang sangat cepat, tidak sampai tiga bulan sejak kemunculan covid-19, virus ini sudah melanda hampir keseluruh wilayah di dunia.
Di Indonesia sendiri covid-19 sudah merenggut lima ribu jiwa sejak kasus pertama kali ditemukan pada bulan Maret 2020 silam. Hingga per-tanggal 28 Juli 2020 kasus positif covid-19 telah mencapai angkan lebih dari 100.000 lebih, jumlah ini melebih kasus positif yang ada di China. Kematian akibat covid-19 ini dikarenakan virus ini hingga saat ini belum ditemukan vaksin yang mampu membentuk antibodi manusia terhadap virus satu ini. Hingga saat ini vaksin untuk covid-19 tengah dalam penelitian.
Dunia Berburu Vaksin Covid-19
Penularan covid-19 di beberapa Negara belum menunjukkan tanda-tanda menurun. Sebagian Negara bahkan dikabarkan mulai memasuki gelombang kedua pandemi covid-19. Penantian temuan dan kemajuan penelitian seputar vaksin virus covid-19 dinantikan dan menjadi harapan seluruh dunia.
Para peneliti di seluruh dunia tengah berlomba untuk menghasilkan vaksin aman dan efektif. Pengerjaan vaksin dimulai dari penguraian genom SARS-CoV-2 yang dimulai pada Januari. Uji coba keamanan vaksin sendiri pada manusia dimulai pada Maret, akan tetapi bagaimana perkembangan sampai saat ini masih belum jelas. Beberapa percobaan vaksin bisa saja gagal, dan mungkin yang lain akan berakhir tanpa kejelasan.
Di Indonesia saat ini tengah melakukan pengujian vaksin yang dikembangkan oleh negara Tirai Bambu. Akan tetapi membuat vaksin tidak semudah itu, perkiraan waktu yang dibutuhkan hingga vaksin bisa digunakan oleh seluruh masyarakat dunia sekitar satu tahun lamanya. Perkiraan paling cepat adalah awal tahun 2021 untuk masyarakat dunia bisa mendapatkan suntikan vaksin covid-19 ini.
Seiring dengan perjalanan penelitian vaksin covid-19 yang panjang ini muncul beberapa pemberitaan mengenai obat yang mampu mencegah dan menyembuhkan seseorang terhindar dari covid-19. Diketahui, muncul bermacam-macam klaim terkait obat atau penangkal virus corona di Indonesia. Hal itu membuat jagat media massa dan dunia maya Indonesia heboh selama beberapa saat.
Klaim Obat Covid-19
Kontroversi yang hadir dari seseorang yang mengaku sebagai professor sekaligus pakar mikrobiologi, Hadi Pranoto. Kehadirannya pertama kali diketahui oleh publik setelah melakukan sesi wawancara dengan seorang penyanyi sekaligus YouTuber kondang Indonesia, Anji. Dalam video wawancara yang akhirnya sempat viral selama beberapa saat di dunia maya, terutama Twitter, Hadi Pranoto menyatakan bahwa ia telah menemukan ramuan yang dapat digunakan sebagai obat sekaligus pencegah covid-19.
Bahkan ia tidak ingin menyamakan ramuan yang dibuatnya itu dengan vaksin yang tengah dikembangkan oleh beberapa negara saat ini, Ia menyebutkan bahwa ramuan atau obat yang terbuat dari bahan-bahan herbal tersebut sifatnya sebagai obat oral dan bukan disuntikkan seperti vaksin pada umumnya. Tidak hanya itu, Hadi Pranoto juga mengklaim bahwa obat yang telah ia temukan tersebut dapat menghilangkan virus corona pada pasien yang positif virus tersebut hanya dalam waktu 2-3 hari lamanya.
Sontak klaim yang dikeluarkan oleh Hadi Pranoto tersebut menuai kontroversi yang luar biasa ditengah warganet yang meragukan kredibilitas klaim tersebut. Untuk memastikan kredibilitas Hadi Pranoto yang mengaku sebagai professor sekaligus pakar mikrobiologi, warganet melakukan pencarian nama Hadi Pranoto pada sejumlah laman seperti Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PPDikti). Ditemukan beberapa nama Hadi Pranoto berprofesi sebagai dosen, namun bukan orang yang sama dengan yang diwawacarai oleh Anji.
Tidak berhenti disitu, warganet terus menggali kebenaran klaim yang diajukan oleh Hadi Pranoto dengan mencari publikasi mengingat gelar professor dapat diraih dengan memberikan pencerahan bagi masyarakat melalui publikasi jurnal. Akan tetapi, sekali lagi nama Hadi Pranoto yang muncul sebagai narasumber di video Anji tidak ditemukan sebagai penulis jurnal manapun yang berkaitan dengan penelitian.
Tidak ubahnya dengan klaim yang dilakukan oleh Hadi Pranoto ini sama dengan memberikan informasi yang salah kepada masyarakat. Obat yang ia klaim ampuh sebagai pengobatan sekaligus pencegahan covid-19 belum teruji secara klinis. Tentunya hal-hal seperti ini menimbulkan keresahan diantara tenaga kesehatan yang terjun langsung di lapangan untuk membantu kesembuhan pasien positif covid-19.
Penutup
Kontorversi semacam ini seharusnya tidak perlu terjadi dan seharusnya dapat dicegah apabila mereka yang memiliki akses untuk memberikan informasi kepada khayalak luas memiliki pemahaman serta kesadaran yang tinggi akan covid-19. Bahwa covid-19 hingga saat ini belum ditemukan vaksinnya dan siapa aja berpotensi untuk tertular virus satu ini. Covid-19 tidak mengenal kaya, miskin, tua, maupun muda, virus ini tidak pandang bulu dan dapat menyerang siapa saja yang tidak menerapkan protokol kesehatan dengan baik.
Selain itu, pemerintah sebagai garda terdepan perlindungan bagi masyakarat seharusnya dapat menyaring informasi sebelum dibagikan ke masayarakat agar tidak ada disinformasi. Pun pemerintah seharusnya menyadari bahwa belum semua masayarakat Indonesia teredukasi dengan baik dan mampu menyaring informasi secara bijak. Oleh karena itu masyarakat harus lebih hati-hati dan menerapkan penyaringan yang ketat terhadap informasi mengenai obat maupun vaksin covid-19.
Penulis: Aulia Dwi Rachmawati, Mahasiswa Fakultas Syariah, Prodi Hukum Ekonomi Syariah IAIN Kediri
[Tugas Karya Pilihan: Opini di Media Massa]
KKN-DR 005 #iainkedirimengabdi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H