Sontak klaim yang dikeluarkan oleh Hadi Pranoto tersebut menuai kontroversi yang luar biasa ditengah warganet yang meragukan kredibilitas klaim tersebut. Untuk memastikan kredibilitas Hadi Pranoto yang mengaku sebagai professor sekaligus pakar mikrobiologi, warganet melakukan pencarian nama Hadi Pranoto pada sejumlah laman seperti Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PPDikti). Ditemukan beberapa nama Hadi Pranoto berprofesi sebagai dosen, namun bukan orang yang sama dengan yang diwawacarai oleh Anji.
Tidak berhenti disitu, warganet terus menggali kebenaran klaim yang diajukan oleh Hadi Pranoto dengan mencari publikasi mengingat gelar professor dapat diraih dengan memberikan pencerahan bagi masyarakat melalui publikasi jurnal. Akan tetapi, sekali lagi nama Hadi Pranoto yang muncul sebagai narasumber di video Anji tidak ditemukan sebagai penulis jurnal manapun yang berkaitan dengan penelitian.
Tidak ubahnya dengan klaim yang dilakukan oleh Hadi Pranoto ini sama dengan memberikan informasi yang salah kepada masyarakat. Obat yang ia klaim ampuh sebagai pengobatan sekaligus pencegahan covid-19 belum teruji secara klinis. Tentunya hal-hal seperti ini menimbulkan keresahan diantara tenaga kesehatan yang terjun langsung di lapangan untuk membantu kesembuhan pasien positif covid-19.
Penutup
Kontorversi semacam ini seharusnya tidak perlu terjadi dan seharusnya dapat dicegah apabila mereka yang memiliki akses untuk memberikan informasi kepada khayalak luas memiliki pemahaman serta kesadaran yang tinggi akan covid-19. Bahwa covid-19 hingga saat ini belum ditemukan vaksinnya dan siapa aja berpotensi untuk tertular virus satu ini. Covid-19 tidak mengenal kaya, miskin, tua, maupun muda, virus ini tidak pandang bulu dan dapat menyerang siapa saja yang tidak menerapkan protokol kesehatan dengan baik.
Selain itu, pemerintah sebagai garda terdepan perlindungan bagi masyakarat seharusnya dapat menyaring informasi sebelum dibagikan ke masayarakat agar tidak ada disinformasi. Pun pemerintah seharusnya menyadari bahwa belum semua masayarakat Indonesia teredukasi dengan baik dan mampu menyaring informasi secara bijak. Oleh karena itu masyarakat harus lebih hati-hati dan menerapkan penyaringan yang ketat terhadap informasi mengenai obat maupun vaksin covid-19.
Penulis: Aulia Dwi Rachmawati, Mahasiswa Fakultas Syariah, Prodi Hukum Ekonomi Syariah IAIN Kediri
[Tugas Karya Pilihan: Opini di Media Massa]
KKN-DR 005 #iainkedirimengabdi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H