Mohon tunggu...
Awaludin, SKM, M. Kes (Epid) Abdussalam
Awaludin, SKM, M. Kes (Epid) Abdussalam Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Epidemiologis. Sanitarian. "Mediocre".

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

PNS Brebes, Bibir Sumbing, dan MURI

6 Juli 2011   03:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:54 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sadarkah Anda bahwa birokrasi bisa membunuh? (Jeff Imelt, CEO General Electric)

Sebuah ungkapan sinisme yang berlebihan? Ah, tidak juga! Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Penerbit Gramedia, Edisi Keempat, 2008) juga sudah menyatakan begitu. Birokrasi dapat diartikan sebagai (1) sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah yang berpegang pada hierarki dan jenjang jabatan (2) cara bekerja atau susunan pekerjaan yang serba lamban, serta menurut tata aturan (adat, dan sebagainya) yang banyak liku-likunya, dan sebagainya.

Jadi tidak salah kalau ada yang berpendapat bahwa, birokrasi itu tambun, lamban, bahkan berbelit-belit. Ada ungkapan yang sangat terkenal ditujukan untuk para birokrat "Kalau bisa dipersulit kenapa dipermudah?". Pegawai Negeri Sipil (PNS), boleh juga disebut sebagai birokrat, akan menjadi efektif justru ketika keluar dari aturan-aturan mainstream dan berpikir out of the box. Ada sebuah pembelajaran yang sangat berarti dari para birokrat di Kabupaten Brebes yang bekerja di luar pakem. Artinya, para PNS pun bisa juga efektif, kalau saja mau.

Brebes, sebuah kabupaten di wilayah paling barat di jalur pantai utara (pantura) Provinsi Jawa Tengah, sedang bergeliat mengejar ketertinggalan. Kita mengenal Brebes sangat lambat dalam pencapaian indeks pembangunan manusia (IPM), sebagai tolok ukur paling mutakhir kinerja pembangunan suatu kabupaten/kota. IPM mengukur capaian suatu negara atau wilayah dalam tiga dimensi pembangunan, yaitu lamanya hidup, pengetahuan, dan standar kehidupan layak. Faktor lamanya hidup ditentukan oleh berhasil atau tidaknya pembangunan sektor kesehatan.

Bappeda Kabupaten Brebes (2007) telah menghitung angka harapan hidup sebesar 69,4 tahun, angka melek huruf sebesar 84,85%, rata-rata lama sekolah sebesar 5,5 tahun, dan pengeluaran perkapita riil sebesar Rp.625.370,- IPM kabupaten ini menduduki posisi paling buncit di antara 35 kabupaten/kota di wilayah Provinsi Jawa Tengah.

Sementara tolok ukur terbaru, indeks pembangunan kesehatan masyarakat (IPKM), yang menggambarkan kemajuan pembangunan berbasis komunitas, secara nasional Kabupaten Brebes berada pada posisi ke 292 dari 440 kabupaten/kota. Tetapi tetap saja di tingkat Provinsi Jawa Tengah, IPKM Kabupaten Brebes berada pada peringkat paling bawah di antara 35 kabupaten/kota (Diseminasi Hasil Riset Kesehatan Dasar 2010 di Mataram, Nusa Tenggara Barat).

Dari dua indikator IPM dan IPKM itu saja, cukup membuat Bupati Brebes H Agung Widyantoro, SH, MSi., kemudian sangat berkepentingan untuk memberikan akses yang mudah bagi warganya dalam memperoleh layanan kesehatan.

Pelan tapi pasti beberapa masalah kesehatan berhasil diselesaikan dengan melibatkan berbagai pihak. Beberapa waktu yang lalu, tepatnya pada tanggal 17-18 Juni 2011 telah dilakukan operasi bibir sumbing terhadap sebanyak kurang lebih 140 orang di RSUD Brebes dari 161 orang pengunjung yang datang. Data penderita bibir sumbing di Kabupaten Brebes sebenarnya belum dapat dipastikan. Tetapi menurut data dari Tim Penggerak PKK Kabupaten Brebes disebutkan ada sekitar 314 penderita bibir sumbing, sedangkan data yang dihimpun puskesmas sebanyak 204 penderita bibir sumbing.

Kegiatan operasi bibir sumbing ini tentu saja terlaksana berkat kerjasama antara Tim Penggerak PKK Kabupaten Brebes, Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes, RSUD Brebes, Yayasan/Rumah Sakit Permata Sari Semarang. Operasi bibir sumbing secara teknis dilakukan oleh para dokter spesialis bedah ternama dari Jakarta, Bandung, dan Semarang.

Tak pelak lagi, operasi bibir sumbing terhadap kurang lebih 140 penderita di Brebes menorehkan prestasi yang sangat berarti bagi Kabupaten Brebes dengan memperoleh Piagam Penghargaan yang ditandatangani oleh Jaya Suprana dari Museum Rekor - Dunia Indonesia (MURI) Nomor: 4949/R. MURI//VI/2011 yang dianugerahkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes atas rekor "Penyelenggara Pendukung Operasi Bibir Sumbing secara Gratis dengan Peserta Terbanyak". Penganugerahan gelar MURI tersebut dilakukan di Pendopo Kabupaten Brebes pada Sabtu malam (18/06/11).

Sebenarnya masih ada birokrat yang bekerja dengan kompetitif dan berdasarkan prestasi (kinerja). Sekedar contoh, kerja inovatif dilakukan Puskesmas Losari Kabupaten Brebes yang berhasil mengembangkan Posyandu Gizi Buruk. Tidak ada instruksi dari atasan, bahkan ketika baru dimulai tanpa biaya sepeser pun, tetapi sekarang mampu menangani puluhan bayi dan balita yang menderita gizi buruk. Tidak mudah memang menumbuhkan jenis kepemimpinan seperti ini, yang mampu menerobos kebuntuan birokrasi (Suara Merdeka, 26/08/10).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun